Direktur Utama BJTI Port Hot Rudolf Marihot mengatakan kerja sama Pelindo III melalui anak usahanya BJTI Port dengan AKR di BKMS sedang dievaluasi karena realisasi tingkat pengembalian investasi dari kerja sama tersebut lebih rendah dari proyeksi sehingga tidak menguntungkan secara komersial.
"Manajemen BJTI melihat potensi risiko yang timbul karena leverage bisnis yang tidak sustainable dalam memberikan laba bagi perusahaan sehingga kami berencana pull out dari kepemilikan di BKMS," jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (23/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pengelola kawasan industri yang berdiri sejak tahun 2013, berdasarkan catatan BKMS hingga Juli 2018, BJTI memiliki kewenangan untuk mengelola lahan seluas 1.027 Ha dengan total aset senilai Rp 4,94 triliun.
Lebih lanjut ia menyebutkan, "Hingga Juli 2018 laba dari BKMS mengalami penurunan yang signifikan sehingga mengakibatkan BKMS tidak dapat memberikan kontribusi bagian laba atas usahanya kepada BJTI Port sehingga membebani dan dapat menyebabkan tidak tercapainya kinerja BJTI Port di tahun 2018 ini," sambung dia.
Kondisi ini juga tercermin dari cashflow (kas) BKMS yang hingga saat ini masih belum dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham atas laba perseroan dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Sehingga BJTI Port perlu melakukan langkah strategis melalui penjualan saham di BKMS dan menggunakan dana hasil penjualan untuk kebutuhan investasi core business sebagai terminal operator.
"BJTI Port akan pull out sampai dengan keseluruhan saham (senilai 40 persen) serta menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) untuk melakukan due diligence atas valuasi saham BKMS. Diperkirakan kajian atas divestasi saham BKMS akan selesai pada awal triwulan empat tahun 2018," pungkas Hot. (mul/ega)