Ketua Perbanas Kartika Wirjoatmojo mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini dinilainya akibat dampak eksternal. Namun demikian persoalan tersebut tidak akan berdampak sistemik terhadap perekonomian nasional.
"Kita melihat di Indonesia sebenarnya ada sisi positif dari penjualan komoditas CPO (Crude Palm Oil), batu bara meningkat harganya. Sisi yang harus kita mitigasi adalah open position. Nah, kita di Perbanas berusaha untuk menjaga usaha kredit perbankan tidak terpengaruh dengan peningkatan kurs dolar ini, dengan cara kita memastikan nasabah kita yang memiliki kredit dengan valuta asing, harus memiliki nasional head atau internal hedging," kata Kartika, di Jakarta, Kamis (4/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, untuk meyakinkan para investor agar tidak menarik investasinya di Indonesia, Perbanas berharap kabiven defisit diakhir tahun ini akan menyempit tidak melebar atau naik.
"Indonesia termasuk yang kabiven defisitnya masuk diangka 2 sampai 2,5% jadi memang ada peningkatan di bulan Juni. Ttapi di akhir tahun ini diharapkan menurun. Selain itu, viskal defisit kita kondisinya baik. Tahun ini pendapatan pemerintah meningkat yang diharapkan dari neraca pemerintah devisit viskalnya menurun dibawah 2%. Dari sisi perbankan NPL-nya menuju 2,7 persen dan pertumbuhan kreditnya meningkat ke level 13 persen momentum pertumbuhannya ada," kata Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri itu.
Ia juga memastikan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak akan berdampak terhadap ekonomi secara signifikan. Hal itu terlihat dengan geliat perusahaan yang mempunyai income di dollar.
"Seperti eksportir sawit, ekspor batubara, minyak sekarang malah provitnya naik karena mereka jualnya didollar sehingga mereka padahal biayanya dirupiah, jadi banyak juga perusahaan yang mendapatkan benefit," katanya.
"Yang perlu kita jaga adalah impor yang menggunakan dollar tapi dia jual dalam bentuk rupiah seperti perusahaan di FMCJ. Perusahaan farmasi ini harus melakukan hedging. Nah, ini yang kita bersama-sama dengan BI memfasilitasi supaya nanti perusahaaan ini jika mempunyai eksposur yang harus dibayar di masa depan harus masuk hedging. Untuk itu Perbanas bersama BI mendukung sekali adanya non delivery forward. Sehingga instrumen-instrumen hedging oleh investor dapat digunakan bila membutuhkan dolar ke depannya," sambung dia.
Menurutnya, di sisi domestik komtinsion seharusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat. Pihaknya juga meminta pelaku usaha dan pemangku kebijakan mewaspadai eksposur di open posision dolar AS, sehingga tidak terjadi efek kualitas kredit tersebut.
"Kita melihat dalam hal ini perbankan dalam kondisi yang baik. Perbankan diharapkan memiliki kekuatan untuk menahan kondisi ini, sehingga tidak menurun kualitasnya di tahun 2019," katanya.
Ketika ditanya upaya apa yang akan dilakukan Perbanas dalam meningkatkan investasi nasional, ia pun meyakinkan bahwa investor saat ini dalam kondisi aman. Selain itu dari sisi FDI (Foreign Direct Investment) dilihat dari portofolio sekarang, kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam kondisi sehat.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI sebagai bank BUMN mendukung penuh langkah Bank Indonesia (BI) dalam menjaga pergerakan nilai tukar.
Berbagai instrumen moneter telah diterbitkan BI untuk menjaga stabilitas di pasar uang rupiah maupun valuta asing (valas) salah satunya adalah menurunkan batas pengajuan minimum transaksi FX Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
Ketentuan yang diatur melalui Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) No.20/18/PADG/2018 itu menurunkan batas pengajuan minimum transaksi FX Swap Lindung Nilai dari US$ 10 juta menjadi US$ 2 juta. Aturan ini merupakan upaya BI dalam memberikan relaksasi bagi nasabah eksportir.
Ketentuan baru ini terus disosialisasikan oleh BI bersama Perbankan untuk menjangkau para pelaku usaha. Kali ini BI bekerjasama dengan BNI mensosialisasikan peraturan baru tersebut kepada nasabah eksportir BNI. Sosialisasi dimaksud, dilakukan di Jakarta, beberapa baru-baru ini. (das/fdl)











































