Menurut para analis, dalam waktu sepertinya sulit dolar AS bisa kembali lagi ke level di bawah Rp 15.000. Mata uang Paman Sam itu memang tengah dalam tren penguatannya bukan hanya terhadap rupiah tapi juga mata uang lainnya.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai tekanan terhadap rupiah masih berlanjut. Mengingat bank sentral AS The Fed masih akan menaikan suku bunga acuannya hingga akhir tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga melihat hal yang sama bahwa rupiah masih sulit untuk menguat di bawah Rp 15.000. Sebab Bank Indonesia (BI) sang penjaga moneter sepertinya sudah beberapa kali mengeluarkan jurusnya dengan menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate.
"Kelihatanya sudah tidak bisa lagi menaikkan suku bunga, karena yang jadi masalah takutnya menghambat pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Tekanan terhadap rupiah juga sepertinya masih akan berlanjut sampai tahun depan. Mengingat The Fed berencana menaikkan suku bunga acuannya lagi di tahun depan sebanyak 3 kali.
Namun tekanan itu bisa direda asalkan pemerintah bisa mengatasi lebarnya defisit transaksi berjalan. Lalu menggunakan instrumen kebijakan yang mampu mendatangkan investasi seperti relaksi perpajakan.
Nafan memprediksi, dolar AS di tahun depan akan bergerak dalam rentang resistance Rp 15.640 dan support Rp 14.425.
Saksikan juga video 'Cak Imin: Dolar Naik Berapapun yang Penting Harga Stabil':
(das/dna)











































