Perusahaan memandang bahwa keputusan tersebut tidak berdasar. Alasannya manajemen telah sukses menyelesaikan fase pertama dari rencana divestasi asset keseluruhan sejumlah Rp 6 triliun. Perusahaan yakin arus kas dan neraca akan tetap tumbuh.
"Walaupun kami mengetahui adanya kekuatiran Fitch mengenai likuiditas yang telah disampaikan pada bulan Mei tahun ini, LPKR telah sukses melaksanakan rencana divestasi asetnya dengan menyelesaikan penjualan First Reit Manager serta penjualan sebagian unit First Reit senilai Rp 2,2 triliun," kata Manajemen LPKR dalam keterangan tertulis, Senin (5/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski proyek-proyek divestasi aset ini sedang dalam tahap penyelesaian akhir, dan risiko dalam pelaksanaannya tetap ada, perusahaan yakin tingginya kualitas asset-aset akan memberikan tingkat kepastian penyelesaian yang tinggi di tengah-tengah volatilitas pasar pada saat ini.
"LPKR akan berada dalam posisi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, dan bahkan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang menarik yang sesuai dengan volatilitas pasar," tambah manajemen.
Dari sisi neraca keuangan, perseroan yakin dalam kondisi prima sebab beberapa profil utang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ada obligasi US$ 75 juta yang akan jatuh tempo di Juni 2020, obligasi US$ 410 juta pada tahun 2022, dan sisanya obligasi US$ 425 juta pada tahun 2026.
Seluruh utang itu sekitar Rp 14 triliun dibandingkan dengan nilai aset perseroan sebesar Rp 53 triliun , yang memiliki potensi 20-30% lebih tinggi jika dinilai kembali dengan mencerminkan harga pasar pada saat ini.
"Untuk alasan-alasan di atas, kami menyesalkan keputusan Fitch yang menurunkan peringkat LPKR dari B ke CCC +. Keputusan ini tidak berdasarkan pada kondisi likuiditas, neraca, kualitas kredit atau model bisnis LPKR. LPKR tetap merupakan pengembang properti terkemuka dan paling dinamis di Indonesia," tutup manajemen.
Para pedagang UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang berada di sekitar proyek Meikarta mulai digitalisasi.
Meikarta meluncurkan program "Meikarta Peduli Warga Lingkungan" di Jalan Cibatu, Cikarang Selatan. Untuk tahap awal, program ini didukung oleh OVO, platform pembayaran digital, sebagai penyedia QR code yang mendukung pembayaran digital serta perangkat modem BOLT sebagai pelopor layanan 4G LTE di Indonesia, untuk menyediakan layanan internet gratis bagi para pedagang UKM.
Presiden Direktur Meikarta Reza Chatab mengatakan program ini merupakan salah satu upaya memberdayakan warga sekitar yang juga turut mendukung misi pembangunan berkelanjutan yang dapat mengakomodasi seluruh masyarakat.
"Saat ini, 70% pedagang UKM yang sudah tercatat di sekitar kawasan Meikarta sudah memakai sistem digitalisasi ini. Dengan memfasilitasi para pedagang UKM akses digital, maka warga bisa memajukan dan mengembangkan bisnisnya secara lebih cepat mengikuti perkembangan zaman," ujar Reza.
Selain itu, dengan keberadaan pembayaran digital, maka transaksi jual beli pada toko-toko tradisional akan bisa bersaing dengan toko ritel modern. Transaksi akan mudah, cepat dan aman, sekaligus pedagang dan pembeli akan mendapatkan ragam promosi OVO yang sangat menguntungkan bagi kedua pihak.
Program ini akan terus berjalan seiring dengan pembangunan Meikarta. Calon kota mandiri ini akan memberdayakan perekonomian warga mulai pemilik toko tradisional, warung makanan mulai penjual mie ayam, warteg, hingga bengkel kendaraan bermotor yang berada di sekitar proyek Meikarta.
Ke depannya, program ini diharapkan dapat menjadi solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tidak hanya menyediakan akses terhadap pembayaran digital dan internet gratis, program ini juga akan terus mendampingi penduduk sekitar meningkatkan ekonomi, mensinergikan dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup masyarakat modern. (das/eds)











































