Ekonom: Menguatnya Rupiah karena Obral Suku Bunga Tinggi

Ekonom: Menguatnya Rupiah karena Obral Suku Bunga Tinggi

Saifan Zaking - detikFinance
Rabu, 28 Nov 2018 20:35 WIB
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengatakan penguatan rupiah belakangan ini dipicu dana asing yang masuk. Masuknya dana asing lantaran Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate.

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur BI pada 14-15 November 2018 menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 6%.


"Pemerintah obral suku bunga tinggi biar uang datang, jadi menguatnya rupiah karena uang datang, bukan karena percaya sama Indonesia," jelas di hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan suku bunga acuan BI mempengaruhi pihak asing kembali menanam modal di pasar keuangan Indonesia. Apabila suku bunga naik, kata Faisal, maka modal otomatis akan datang.


"Jadi asing datang atau tidak itu dipengaruhi oleh berapa hasil investasi yang dia dapatkan di satu negara, kalau pemerintah naikkan suku bunga, ya modal otomatis datang," ujarnya.

Oleh karena itu dalam jangka pendek rupiah bisa menguat, tapi menurut Faisal memproyeksi tahun depan rupiah akan melemah.

"Kalau bicara jangka panjang, hubungan rupiah dengan CAD itu erat sekali. Tadi kursnya harian, sekarang kurs-nya tahunan. Jadi rerata tahunan kurs 2017, CAD kita defisit US$ 17 miliar tapi uang yang masuk US$ 22 miliar, tetap rupiah melemah rerata tahunannya tapi melemahnya sangat sopan, sedikit sekali karena capital inflownya lebih banyak. Jadi pertanyaannya sepanjang CAD maka rupiah akan melemah tinggal persoalannya melemahnya berapa banyak, kalau melemah hampir bisa dipastikan," kata Faisal. (hns/hns)

Hide Ads