Saham FREN sendiri jika dihitung sebulan terakhir sudah menguat 196,23% ke posisi Rp 314. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat membekukan saham FREN pada 15 Februari 2019 dan dibuka kembali pada 18 Februari 2019.
Dari sisi harga, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai pergerakan saham FREN sudah tidak normal. Apalagi dari segi fundamental sekilas saham FREN sudah lebih tinggi dibandingkan saham telko lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu cara menilai kewajaran sebuah saham bisa dilihat dari price per book value (PBV). Caranya dengan menghitung harga saham di pasar kemudian dibagi dengan book value dari saham tersebut.
Menurut hitungan Frederik, PBV FREN berada di level 7,6 kali dengan price earning ratio (PER) yang masih negatif. PER sendiri merupakan hitungan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
"Kalau kita bandingkan ke saham PT Telkom Tbk (TLKM), PBV masih 3,65 kali dan perusahaan sudah mencatatkan laba," tambahnya.
Jika dibandingkan dengan emiten di industri yang sama, saham FREN dianggap sudah terlalu mahal. Apalagi Smartfren masih mengalami kerugian di kuartal III-2018 sebesar Rp 2,5 T
"Kalau FREN memiliki PBV di level 7,6 kali tentunya sangat mahal ya, dua kali lipat valuasinya daripada TLKM secara multiple," kata Frederik. (das/ara)