Semua ini dilakukan sebagai persiapan menjual sahamnya ke publik di 2019. Sayangnya, semua yang dilakukan Uber belum cukup memuaskan investor di Wall Street.
Seperti dikutip dari CNN, Senin (13/5/2019), saham Uber jatuh hingga 7% di perdagangan perdana pada Jumat lalu. Saham Uber dibuka US$ 42 per lembar, di bawah harga Initial Public Offering (IPO/pencatatan perdana saham) US$ 45 per lembar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam lima tahun terakhir, hanya 10% saham perusahaan teknologi yang berakhir di zona merah di hari pertamanya menurut data Renaissance Capital, broker khusus saham-saham IPO.
Kendati sahamnya jeblok, Uber berhasil mengumpulkan US$ 8,1 miliar (Rp 113 triliun) dalam hajatan tersebut, menjadikannya salah satu IPO terbesar di dunia. Dananya akan digunakan Uber untuk membuka operasi di kota-kota baru dan meningkatkan layanannya.
Kompetitor tersebar Uber, Lyft (LYFT), sudah lebih dulu melantai di Bursa New York. Saham Lyft naik di hari pertama tapi jatuh di hari kedua hingga di bawah harga IPO.
Sejak masuk bursa di Maret lalu, saham Lyft sekarang 25% lebih murah dari harga IPO gara-gara turun terus.