Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, saat mengakuisisi 51% saham Pertagas dari PT Pertamina (Persero) seluruhnya menggunakan uang perusahaan tidak sepeser pun dari pinjaman. Akuisisi tersebut merupakan mandat saat dibentuknya Holding BUMN Migas.
"Untuk akuisisi Pertagas memang kita gunakan dana sendiri sampai US$ 1,3 miliar," ujarnya dalam acara Ngopi BUMN di SG8 Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kembali menyeimbangkan keuangan perusahaan, PGN sendiri sudah mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri sebesat US$ 350 juta. Pinjaman yang bersifat jangka pendek itu untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capital expenditures/capex) PGN yang mencapai sekitar US$ 500 juta.
"Jadi kita gunakan ini (pinjaman Bank Mandiri) untuk bridging dulu untuk keperluan capex kita yang sampai US$ 500 jutaan. Namun realisasi semester I di bawah itu" terangnya.
Namun pinjaman itu tentu tidak cukup, perusahaan tengah mencari pendanaan yang bersifat jangka panjang dan murah. Salah satu alternatif yang tengah dilirik perusahaan adalah global bond.
"Memang kalau ada kebutuhan kita lebih sounding ke market lagi. Karena market-nya lagi bagus ya," ucapnya.
Ketertarikan PGN untuk menerbitkan global bond lantaran melihat BUMN lainnya yang lebih dulu menerbitkan surat utang serupa, seperti PLN dan induk holdingnya PGN yakni Pertamina.
"Iya dengan keberhasilan Pertamina dan PLN, lalu bunga bagus, jangka waktunya 10-30 tahun, sebenarnya kita ingin juga si. Karena bridging US$ 350 juta ini kan jangka pendek dan harus diganti dengan yang lebih panjang," tutupnya.
(das/ara)











































