Instrumen investasi ini bisa dibeli dengan minimum pemesanan sebesar Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Instrumen ini sudah bisa dibeli mulai hari ini pukul 09.00 WIB hingga penutupan 19 September 2019 pukul 10.00 WIB.
SBR008 ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Level 7,2% juga menjadi batasan kupon minimal. Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR008 tetap di 7,2%. Namun jika BI menaikkan suku bunga acuan, kupon SBR008 akan ikut naik.
"Kalau kita taruh Rp 100 juta saja setiap bulannya kita bisa dapat 510 ribu," kata Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting di Patio Venue & Dining, Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Sebagai simulasi, misalnya investor membeli SBR008 Rp 1 juta. Dengan kupon 7,2% maka uang dari kupon yang didapat dalam satu tahun adalah Rp 72.000.
Kemudian angka itu dibagi 12, maka uang dari hasil kupon yang diterima setiap bulan adalah Rp 6.000. Kemudian dipotong pajak 15% dari kupon per bulan sebesar Rp 900. Maka kupon bersih yang diterima setiap bulannya adalah Rp 5.100.
Tingkat kupon SBR008 sendiri berikutnya akan disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo.
Untuk pembayaran kupon pertama kali dilakukan pada 10 November 2019. Selanjutnya kupon akan dibayarkan setiap tanggal 10 setiap bulannya.
Lain lagi kalau misalnya belinya Rp 100 juta. Dengan kupon 7,2% maka uang dari kupon yang didapat dalam satu tahun adalah Rp 7.200.000.
Kemudian angka itu dibagi 12, maka uang dari hasil kupon yang diterima setiap bulan adalah Rp 600.000. Kemudian dipotong pajak 15% dari kupon per bulan sebesar Rp 90.000. Maka kupon bersih yang diterima setiap bulannya adalah Rp 510.000.
"Itu kalau Rp 100 juta, kalau misalnya ibu-ibu dapat warisan terus beli Rp 3 miliar itu bisa dapat Rp 15,3 juta per bulan," terangnya.
(das/ang)