Begini Caranya Beli Surat Utang 'Anti Asing'

Begini Caranya Beli Surat Utang 'Anti Asing'

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 05 Sep 2019 14:26 WIB
Foto: grandyos zafna
Jakarta - Pemerintah kembali menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) ritel berbasis online (e-SBN) yang diberi nama SBR008. Produk ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor).

SBR008 ini memiliki kupon berjenis mengambang dengan batasan tingkat kupon minimal (floating with floor). Kuponnya akan mengacu pada suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days reverse repo rate.

Penghitungan kuponnya adalah suku bunga acuan BI ditambah spread tetap 1,7%. Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama (September-Desember 2019) suku bunga acuan yang berlaku diambil di level 5,5%. Itu artinya kupon yang diberikan 7,2%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Level 7,2% juga menjadi batasan kupon minimal. Itu artinya meskipun BI menurunkan suku bunga acuannya, kupon SBR008 tetap di 7,2%. Namun jika BI menaikkan suku bunga acuan, kupon SBR008 akan ikut naik.

Karena bersifat ritel, SBR008 bisa dibeli dengan tarif yang cukup terjangkau yakni minimal Rp 1 juta dan batasan maksimalnya Rp 3 miliar. Lalu bagaimana cara membelinya?

22 mitra distribusi yang dipilih oleh pemerintah, terdiri dari 13 bank umum, 4 perusahaan sekuritas, 3 perusahaan efek khusus berbasis teknologi dan 2 perusahaan fintech peer to peer lending.

"Hal yang menarik adalah yang lalu mitra distribusinya baru 20 sekarang naik jadi 22," kata Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting di Patio Venue & Dining, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Caranya dengan membuka website masing-masing mitra distribusi, kemudian lakukan registrasi secara online. Investor melakukan registrasi melalui sistem online Midis. Bagi investor baru perlu membuat Single Investor Identification (SID) dan rekening surat berharga via sistem pemesanan online.

Setelah pendaftaran, lakukan pemesanan melalui sistem elektronik Midis. Tentunya setelah membaca ketentuan dalam memorandum informasi.

Setelah orderan terverifikasi, investor akan mendapatkan kode pembayaran (billing code) via sistem elektronik Midis atau email kepada investor. Billing code digunakan untuk penyetoran dana sesuai pemesanan.

Setelah itu lakukan pembayaran yang melalui seluruh Bank/Pos Persepsi dengan berbagai saluran pembayaran seperti teller, ATM, internet banking dan mobile banking. Batasan waktu pembayaran maksimal 3 jam sejak pemesanan dinyatakan terverifikasi.


Kemudian calon investor memperoleh NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan notifikasi completed order via sistem elektronik Midis dan email yang terdaftar. Setelah itu baru diterima bukti kepemilikan SBR via sistem elektronik Midis dan email yang terdaftar.

Berikut daftar mitra distribusi SBR008 Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Maybank Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank DBS Indonesia, Bank HSBC Indonesia, Bank UOB Indonesia.

Trimegah Sekuritas Indonesia, Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Bareksa Portal Investasi, Star Mercato Capitale, Nusantara Sejahtera Investama, Investree Radhika Jaya (Investree) dan Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).

"Nggak ribet kok tinggal hubungi mitra distribusi, kalau mereka tidak melayani dengan baik, lapor ke kami," tutur Loto.

Diborong 'Kids Jaman Now'

Surat Berharha Negara (SBN) ritel menjadi salah satu instrumen yang diterbitkan pemerintah. Tahun ini saja pemerintah akan menerbitkan 10 kali SBN ritel.

Penerbitkan SBN ritel dimaksudkan pemerintah untuk melakukan pendalaman pasar terhadap investor ritel domestik. Tujuannya agar pasar surat utang tidak lagi rentan terhadap gejolak perekonomian global.

Tujuan pemerintah itu sepertinya disambut baik oleh generasi milenial. Tercatat hingga saat ini generasi tersebut paling banyak membeli SBN ritel.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat, hingga saat ini porsi kepemilikan investor usia 19-39 tahun mencapai 51,24%. Meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 42,22%.

"Ini tidak lepas dari upaya kita menggunakan platform online itu. Dulu sebelum menggunakan platform online porsi milenial 20-23%, begitu online 51-52% setiap penerbitan," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman di Patio Venue & Dining, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

DJPPR mencatat untuk investor generasi milenial dari kaum pria jumlahnya mencapai 12.427 orang dengan nilai Rp 1,68 triliun. Sementara generasi milenial perempuan sebanyak 14.612 orang dengan jumlah Rp 1,55 triliun.

Luky mengakui memang kebanyakan generasi milenial membeli SBN ritel tidak dalam jumlah besar. Namun justru pemerintah bertujuan untuk memiliki jumlah investor yang tersebar.

"Saya lupa jumlahnya, kan minimal Rp 1 juta. Kemarin sukuk tabungan ada 1.006 investor yang beli hanya Rp 1 juta. Jadi semakin bagus kalau banyak ritel yang beli," tuturnya.




(das/ang)

Hide Ads