Menanti Jokowi Effect di Periode Kedua, Ada Lagi Nggak Ya?

Menanti Jokowi Effect di Periode Kedua, Ada Lagi Nggak Ya?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 21 Okt 2019 08:17 WIB
1.

Menanti Jokowi Effect di Periode Kedua, Ada Lagi Nggak Ya?

Menanti Jokowi Effect di Periode Kedua, Ada Lagi Nggak Ya?
Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance
Jakarta - Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin telah resmi menjadi presiden dan wakil presiden. Pelantikan pada Minggu berjalan lancar tanpa hambatan.

Namun Jokowi Effect seperti yang terjadi pada lima tahun lalu disebut-sebut tak akan terjadi lagi.

Apa penyebabnya? Berikut berita selengkapnya dirangkum detikcom di halaman berikutnya.
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan seminggu menjelang pelantikan periode kedua, modal asing di Indonesia masih mencatatkan net sell atau jual bersih di pasar saham sebesar Rp 1,35 triliun. Kemudian untuk rupiah mengalami pelemahan tipis 0,04% selama sepekan terakhir menjadi 14.145 per dolar AS pada penutupan akhir pekan lalu.

Sementara IHSG meskipun menguat 1% sepekan sebelum pelantikan lebih didorong optimisme investor domestik. Jadi yang terpengaruh positif Jokowi Effect hanya investor domestik, sementara investor asing lebih wait and see mencermati susunan kabinet.

"Besok Senin diperkirakan masih ada aksi wait and see menunggu presiden mengumumkan kabinetnya. Dibandingkan periode pertama Jokowi, kali ini Jokowi Effect mulai memudar," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Minggu (20/10/2019).

Dia menjelaskan, pos-pos strategis menteri yang menentukan kebijakan teknis dianggap lebih penting bagi keputusan investasi dibandingkan pelantikan hari ini.

Bhima menambahkan Jokowi masih punya pekerjaan rumah (PR) besar untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Kemudian meningkatkan tenaga kerja hingga menjaga kesejahteraan masyarakat.

Dia menjelaskan solusi agar masalah-masalah tersebut selesai adalah Jokowi harus membentuk tim ekonomi yang tepat agar bisa langsung mengeksekusi rencana-rencana ke depan.

"Solusi dalam jangka pendek adalah dimulai dari pemilihan tim ekonomi yang berkualitas, ahli eksekusi, profesional dan punya integritas tinggi," ujarnya.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan pasar modal selama ini terpengaruh dengan kondisi domestik dan global.

"Saya kira tidak ya, kan kepastian Jokowi jadi presiden lagi sudah lama, pasar tidak bereaksi lagi," kata Piter saat dihubungi detikcom, Minggu (20/10/2019).

Dia menyebutkan, pasar saat ini justru lebih menunggu kepastian susunan kabinet dan ditambah dengan kondisi global.

Piter menjelaskan, meningkatnya perang dagang dan penerapan tarif baru untuk produk ekspor Eropa justru akan direspon negatif oleh pasar pada Senin (21/10).

"Kalau susunan kabinet tidak sesuai ekspektasi pasar, saya kira besok pasar akan merah," imbuh Piter.

Pada penutupan IHSG menjelang pelantikan Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 tercatat naik 11 poin menjadi 6.191.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sore kemarin naik ke level Rp 14.139.

Pada pembukaan perdagangan Jumat (18/10/2019), IHSG menguat ke 6.185. Sementara indeks LQ45 bertambah ke 968,80.

Penguatan masih berlanjut hingga pukul 9.05 waktu sistem perdagangan JATS. IHSG menanjak ke 6.185,63. Sementara Indeks LQ45 menguat ke 970,36.

Hingga sesi I berakhir, IHSG menguat 7,9 poin (0,13%) ke level 6.188. Sedangkan indeks LQ45 naik 4 poin (0,46%) ke level 972,210.

Pada sesi II, IHSG naik 11 poin (0,18%) ke level 6.191. Sedangkan indeks LQ45 bertambah 6,8 poin (0,71%) ke level 974,598.

Perdagangan saham ditransaksikan 550.850 kali dengan nilai Rp 10,3 triliun. Sebanyak 202 saham menguat, 197 saham turun, dan 148 saham stagnan.

Hide Ads