Alasannya, para investor cenderung percaya pada ruas tol di Jawa yang dianggap lebih cepat balik modal dan membawa keuntungan.
"Ini kurang ajarnya investor, pinginnya dia itu yang 'basah-basah' saja, yang menguntungkan," ujar Herwidiakto ditemui di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Rabu (18/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita maunya di-bundling, misalnya Palembang-Betung kan kurang baik, kita bundling dengan Trans Jawa, (tapi) dia (investor) enggak mau," katanya.
Baca juga: Tahun Depan, Waskita Jual Lagi 4 Ruas Tol |
Sehingga, pada akhirnya penawaran berjalan dengan skema yang diminta para investor yakni memisahkan pelepasan tol itu.
"Akhirnya terpaksa kita pisah. Namun, ya harus nilainya sesuai dengan yang kita mau, untuk nomboki yang mepet, Tol Sumatera kan tau sendiri ya," imbuhnya.
Meski kurang laku, pembangunan tol di luar Jawa tetap dikebut. Salah satunya dengan bantuan subsidi silang. Maksudnya, hasil penjualab ruas tol yang laku dibeli investor dipakai untuk menutupi tol yang kurang diminati.
"Subsidi silang begitu, sama saja sebenarnya, jadi kita tetap memiliki (dengan sistem konsesi)," tuturnya.
Sejauh ini, Waskita Toll Road baru berhasil menjual saham dua ruas tol trans Jawa yakni ruas tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono-Kediri kepada investor Hong Kong, Kings Key Limited.
Sementara, empat ruas tol lainnya direncanakan terjual pada April 2020 mendatang. Dari keempat ruas tol tersebut, diupayakan terjual salah satunya adalah ruas tol di luar trans Jawa, yakni ruas tol Medan-Kualanamu.
(fdl/fdl)