Josua menjelaskan faktor yang mempengaruhi hal tersebut berasal dari dalam negeri maupun global. Untuk faktor global yaitu meredanya ketegangan antara AS dan Iran.
"Dipengaruhi juga oleh faktor global yang kita lihat risikonya agak mereda ya. Kemarin memang sempat beberapa hari risiko global agak meningkat setelah tensi geopolitik antara AS dan Iran agak meningkat. Tapi belakangan sudah kembali membaik lagi, tensinya agak menurun," kata dia saat dihubungi detikcom, Senin (13/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor kedua menurutnya dipengaruhi oleh optimisme pasar terhadap progres dari rencana kesepakatan dagang antara AS dan China yang selama ini diselimuti perang dagang.
"Fase pertama kan akan segera dilakukan. Kita akan ketahui bersama besok atau dini hari ya, kesepakatan dagang AS dengan China ini akan mencapai fase pertamanya. Kedua faktor ini akhirnya memberikan optimisme terhadap investor global," jelasnya.
Baca juga: Rupiah Perkasa, IHSG Ditutup Cerah di 6.296 |
Dia menjelaskan bahwa tak hanya mata uang rupiah yang menguat terhadap dolar AS. Namun rupiah paling menguat dibandingkan mata uang Asia lainnya. Faktor yang mempengaruhinya adalah fundamental perekonomian Indonesia.
"Dan kalau kita lihat kenapa rupiah yang paling menguat tidak lepas juga dari optimisme pelaku pasar, investor pada fundamental ekonomi kita yang relatif kuat, dan untuk sejauh ini memang secara fundamentalnya dari ekonomi kita yang masih cukup solid," tambahnya.
Dikutip detikcom dari portal online Bank Indonesia (BI), Senin (13/1/2020), rupiah terhadap dolar AS hari ini 13 Januari berada di level Rp 13.708, 10 Januari Rp 13.812, 9 Januari Rp 13.860, 8 Januari Rp 13.934, 7 Januari Rp 13.919, 6 Januari Rp 13.961, 3 Januari Rp 13.899, 2 Januari 13.895.
(toy/dna)