Indofarma Incar Produksi Tamiflu
Rabu, 30 Nov 2005 12:50 WIB
Jakarta - Meski pemerintah telah menunjuk PT Kimia Farma Tbk (KAEF) untuk memproduksi Tamiflu, PT Indofarma Tbk (INAF) mengaku siap jika diminta untuk membuat obat flu burung tersebut."Kita sudah dipanggil oleh Departeman Kesehatan (Depkes). Jumlah yang diproduksi banyak, kita siap memenuhi target 22 juta dosis," kata Dirut Indofarma Dani Pratomo di sela acara Munas Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) di Hotel Le-Meridien, Jakarta, Rabu (30/11/2005).Kimia Farma mendapat order untuk memproduksi 22 juta dosis atau 250 juta kapsul Tamiflu dalam waktu 3-6 bulan. Namun, menurut Dani, Kimia Farma tidak akan sanggup memenuhi target tersebut dalam waktu singkat. "Karena mungkin tidak sanggup sebaiknya ditunjuk dua pihak," ujar Dani.Dani memaparkan, Indofarma dalam enam bulan mampu memproduksi 300 juta kapsul dan dalam 3 bulan mampu membuat 150 juta kapsul.Saat ini kapasitas produksi Indofarma mencapai 500 juta kapsul per tahun. Namun kapasitas yang terpakai baru sebesar 40-50 persen.Dani juga menegaskan, pihaknya tidak memikirkan keuntungan jika ditunjuk menjadi produsen Tamiflu karena penyakit flu burung merupakan endemi. "Kalau seandainya ditunjuk juga tidak akan ada tambahan investasi baru," kata Dani. Untuk bahan baku Tamiflu, ungkap Dani, saat ini masih diimpor dari India dan Cina. Harga satu kilogram bahan bakunya mencapai Rp 200 juta dan menghasilkan 12 ribu kapsul. "Bahan baku sebenarnya ada di Indonesia, tapi memerlukan 12 langkah pengolahan dan alat pengolahan itu yang kita tidak punya," kata Dani. MergerDani juga mengaku, pihaknya akan mendukung program Kementerian BUMN untuk menggabungkan Kimia Farma dan Indofarma. Menurutnya, penggabungan tersebut akan meningkatkan efisiensi kedua perusahaan dan meningkatkan kapitalisasi."Saat ini rencana penggabungan sudah dicairkan di Kementerian BUMN, kalau sudah selesai kita akan dipanggil," kata Dani.Penggabungan tersebut, ungkap Dani, akan membuat kedua perusahaan fokus pada bidang masing-masing dan saling bersinergi. Kimia Farma bisa fokus pada pemasaran dan pengembangan jaringan apotek, sedangkan Indofarma yang memiliki pabrik obat-obatan bisa fokus pada produksi."Kimia Farma kan apoteknya banyak, jadi bisa mengembangkan apoteknya lebih besar, pabriknya juga bisa dijual untuk investasi jaringan apotek," katanya.Dalam penggabungan tersebut, kedua perusahaan juga tidak perlu mengubah merek dagang. Dicontohkan, walaupun obat-obatan Kimia Farma diproduksi Indofarma, namun Kimia Farma bisa tetap memakai merek dagangnya.
(ir/)