COVID-19 memunculkan dorongan besar terhadap investor untuk mengamankan asetnya dengan membeli dolar Amerika Serikat (AS) sebagai investasi paling aman di dunia.
Tetapi ketika AS berjuang dengan wabah COVID-19 yang membebani pemulihan ekonomi, mata uang Negeri Paman Sam tersandung. Sekarang, beberapa pihak di Wall Street memperingatkan dolar AS bisa jatuh lebih dalam akibat penanganan krisis dan kebijakan isolasionis Presiden Donald Trump.
"Kami memperkirakan dominasi dolar AS berkurang dan melemah dalam jangka panjang," kata Nomura Senin dalam sebuah laporan kepada klien, dilansir dari CNN, Jumat (17/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dolar AS sendiri selama ini menjadi simbol penting dari kedudukan global Amerika, dan tetap menjadi mata uang pilihan utama investor yang menggunakannya untuk berdagang berbagai aset di seluruh dunia.
Baca juga: Turun Tipis, Dolar AS Pagi Ini Rp 14.497 |
Mata uang tersebut juga menjadi cadangan utama dunia yang disimpan dalam jumlah besar oleh pemerintah, bank sentral, dan lembaga keuangan besar lainnya.
Namun investor menjadi kurang optimis tentang prospek dolar AS. Beban utang yang bertambah dan komitmen Trump terhadap kebijakan "America First" telah menambah risiko. Peran Amerika Serikat yang berkurang di panggung dunia dapat mendorong sekutu meningkatkan kepemilikan mata uang utama lainnya.
Sementara itu, manajer aset seperti BlackRock (BLK) mendorong klien untuk mempertimbangkan peluang investasi di Eropa, di mana negara-negara itu tampaknya memiliki pegangan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan kesehatan dan ekonomi akibat virus Corona.
Itu bisa merusak nilai dolar AS dalam beberapa bulan mendatang, meskipun setiap perubahan besar dalam rezim mata uang global akan memakan waktu puluhan tahun.
(toy/fdl)