PSBB Jakarta Bikin Diramal Bikin Rupiah Melemah

PSBB Jakarta Bikin Diramal Bikin Rupiah Melemah

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 11 Sep 2020 08:45 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan hingga menembus rekornya selama satu tahun belakangan ini. Nilai tukar rupiah tembus level Rp 9.849/US$, pada Senin (27/5/2013) kemarin. file/detikfoto
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jakarta membuat pasar modal anjlok dan nilai tukar rupiah melemah. Ini karena pasar menilai pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak satu komando untuk penanganan COVID-19.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan keputusan PSBB Jakarta disebut berpotensi membuat nilai tukar rupiah masih akan mengalami pelemahan. Hal ini karena pasar menilai jika pemerintah daerah dan pusat tidak kompak.

"Ini ada miskom antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, seharusnya ada konsultasi di antara pemerintah," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (10/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebutkan kondisi ini membuat pasar tidak percaya dengan solusi yang ditawarkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. "Ada ketidakpercayaan di pasar, pemerintah pusat dan pemerintah daerah seharusnya mencari solusi terkait kebijakan yang dilakukan. Pemerintah pusat harus memberikan pernyataan positif agar pasar lebih tenang," ujar dia.

Ibrahim mengungkapkan dengan PSBB ini nilai tukar rupiah masih berpotensi mengalami pelemahan ke posisi Rp 15.700 - Rp 15.800an. Hal ini karena pasar berekspektasi negatif dengan PSBB maka akan terjadi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.

ADVERTISEMENT

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menilai kondisi pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi karena aksi jangka pendek yang dilakukan investor. Dia menyebut pasar juga khawatir dampak dari PSBB Jakarta ini bisa berdampak ke perekonomian nasional, karena Jakarta menyumbang 18% untuk ekonomi nasional.

Menurut dia, kondisi PSBB Jakarta pekan depan tidak akan separah PSBB tahap pertama pada Maret lalu. Hal ini karena pasar sudah memiliki hitungan risiko dan strategi dibandingkan sebelumnya.

"Mungkin situasinya tidak seburuk PSBB pertama, tapi pada kuartal III ini efeknya tidak signifikan walaupun masih diprakirakan negatif karena PSBB Jakarta ini menghambat," jelas dia.

Josua menambahkan dari rencana PSBB Jakarta ini pemerintah daerah harus menyediakan bantuan sosial sebagai konsekuensi aturan yang ditetapkan.
Hal ini untuk menjaga masyarakat yang bekerja di sektor informal agar mendapatkan perlindungan sosial. "Saya pikir BLT ini harus dioptimalkan dan diberlakukan untuk melindungi masyarakat," ujar dia.

Dia menyebut nilai tukar akan berada di posisi Rp 15.000, hal ini karena Bank Indonesia (BI) akan selalu berada di pasar. Namun jika kondisi global negatif, maka rupiah akan ikut terseret.


Hide Ads