Wait! Kontrak Yuan-Rupiah Tak Otomatis Geser Dominasi Dolar AS

Wait! Kontrak Yuan-Rupiah Tak Otomatis Geser Dominasi Dolar AS

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 01 Okt 2020 11:58 WIB
Nilai tukar rupiah hari ini mengalami koreksi harian terparahnya di 2015. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 13.795 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 13.610 per dolar AS. Petugas vallas di Money Changer Dolarindo Melawai, Jakarta Selatan menunjukan uang dolar AS, Rabu (12/8/2015). Rachman Haryanto/detikcom.
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Indonesia dan China telah meneken kerangka kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan. Adanya kerja sama ini diharapkan dapat memberi keuntungan bagi Indonesia karena dalam transaksi perdagangan dengan China tak lagi membutuhkan dolar Amerika Serikat (AS) sebagai alat pembayaran.

Namun jangan senang dulu. Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan hal tersebut.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, adanya kerja sama ini tak serta merta membuat dolar AS ditinggalkan. Sebab, ada sejumlah komoditas yang harga acuannya menggunakan dolar AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya tidak sim salabim ya langsung dolar AS ditinggalkan. Karena beberapa komoditas ekspor ke China saja misalnya nikel dan olahan nikel menggunakan harga acuan dolar per ton nya. Ini urusan B2B di mana pelaku usaha mau menggunakan mata uang selain dolar kalau ada insentifnya," katanya kepada detikcom, Kamis (1/10/2020).

Dia mengatakan, hal lain yang menantang ialah pasokan yuan itu sendiri. Khususnya di daerah-daerah yang berada di daerah pertambangan dan perkebunan berorientasi ekspor. Menurutnya, jangan sampai pengusaha kesulitan cari yuan karena pasokannya terbatas. Alhasil, kata dia, pengusaha lari ke dolar lagi.

ADVERTISEMENT

"Tantangan lain juga penggunaan kapal asing untuk ekspor impor sangat dominan, ada 90% aktivitas ekspor impor yang menggunakan kapal asing. Apakah mereka mau terima rupiah dan yuan meskipun tujuan ke China? Belum tentu. Mereka maunya bayar menggunakan dolar. Ini yang harus dicari jalan keluarnya," jelasnya.

Dari situ, Bima bilang, penggunaan mata uang lokal ini harus dilihat dari berbagai sisi. Termasuk, perbaikan layanan perbankan, layanan ekspor hingga logistiknya.

Sementara, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai kerja sama antara Indonesia dengan China akan mengurangi kebutuhan dolar AS dalam transaksi perdagangan.

Lanjut ke halaman berikutnya

"Menimbang besarnya perdagangan kita dengan China kesepakatan ini akan berpengaruh terhadap permintaan dolar AS dalam perdagangan," kata Piter.

Dia mengungkapkan dampaknya terhadap volatilitas rupiah diperkirakan tidak akan cukup signifikan.

"Karena pergerakan rupiah kita menurut pandangan saya lebih terkait kepada keluar masuknya modal asing," ujar dia.



Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads