Penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi perdagangan atau local currency settlement (LCS) antara Indonesia dan China sudah disepakati.
Pada Rabu lalu, Bank Indonesia (BI) dan People's Bank of China (PBoC) sudah menandatangani kerangka kerja sama ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan jika nantinya kesepakatan ini meliputi penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dan perdagangan antarbank untuk yuan dan rupiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BI Menyebut jika sebelumnya bank sentral sudah bekerja sama dengan Bank of Thailand, Bank Negara Malaysia dan Kementerian Keuangan Jepang.
Ini artinya China bukanlah satu-satunya negara yang bisa berdagang dengan Indonesia menggunakan mata uang lokalnya.
Pada 2017 lalu Indonesia sudah bersepakat dengan dua negara untuk LCS ini seperti Thailand dan Malaysia. Perdagangan antar-negara ini bisa langsung menggunakan Ringgit begitupun sebaliknya. Jika dengan Thailand bisa menggunakan Baht. BI menyebut transaksi menggunakan LCS ini bisa lebih efisien karena tidak memerlukan dolar AS lagi.
Kemudian pada awal September lalu BI mengumumkan jika RI dan Jepang resmi menggunakan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung.
Dengan begitu transaksi kedua negara kini tidak lagi bergantung dengan dolar AS dan dapat dibayar menggunakan mata uang lokal masing-masing negara.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede salah satu manfaat yang bisa dirasakan langsung tentunya memperkuat hubungan dagang kedua negara tersebut. Hal ini juga menguntungkan bagi Indonesia, sebab Jepang adalah salah satu dari 5 negara penyumbang ekspor terbesar buat RI. Dari sisi Jepang pun, ekspor dan impor Indonesia termasuk salah satu dari 10 negara dengan kontribusi tertinggi.
"Kerjasama Indonesia Jepang terkait dengan penggunaan mata uang lokal diperkirakan akan membantu kelancaran perdagangan kedua belah pihak," ujar Josua kepada detikcom.
(kil/eds)