Aksi Tolak Omnibus Law Masih Terjadi, Begini Prediksi Rupiah Besok

Aksi Tolak Omnibus Law Masih Terjadi, Begini Prediksi Rupiah Besok

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 13 Okt 2020 22:45 WIB
Melanjutkan tren positif sejak Selasa kemarin, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar AS.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan Selasa sore ini (13/10), melemah 25 poin yakni Rp 14.725, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 14.700. Kondisi ini berbarengan dengan aksi massa ricuh yang terjadi di Jakarta sejak siang hingga petang tadi.

Seperti diketahui bersama, sejak 6 Oktober, terjadi berbagai aksi demonstrasi menolak Omnibus Law Cipta Kerja, bahkan hingga berakhir rusuh. Lantas, bagaimana prediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS besok, Rabu (14/10)?

"Dalam perdagangan besok pagi mata uang rupiah kemungkinan akan terjadi fluktuatif namun ditutup melemah terbatas sebesar 5-30 poin di level Rp 14.700- Rp 14.750," prediksi Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, Selasa (13/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibrahim menjelaskan penguatan indeks dolar AS ini karena ada beberapa investor dengan keras kepala berpegang pada harapan langkah-langkah stimulus AS yang besar untuk menopang ekonomi yang dilanda COVID-19 setelah pemilihan presiden 3 November.

Namun investor lain skeptis bahwa Partai Republik dan Demokrat di AS akan mencapai konsensus dan meloloskan langkah-langkah sebelum pemilihan, dengan Demokrat Joe Biden terus memperlebar keunggulannya melawan Presiden Donald Trump dan kemenangan Biden diharapkan membawa langkah-langkah stimulus besar.

ADVERTISEMENT

"Jika Biden menang atas Trump pada 3 November, janji kampanyenya untuk menaikkan pajak perusahaan dipandang negatif bagi greenback karena akan mengurangi pengembalian dari investasi di AS," jelas dia.

Kemudian harapan untuk kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa, dengan hanya dua hari tersisa sampai tenggat waktu yang diberlakukan sendiri oleh Perdana Menteri Boris Johnson pada 15 Oktober, melebihi kekhawatiran atas pembatasan COVID-19 baru Johnson pada hari Senin, yang melibatkan sistem tiga tingkat penguncian lokal memberikan tekanan lebih lanjut pada perekonomian.

Sementara pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo saat ini pelaku pasar juga sudah bisa melihat dan memilah demo yang digelar oleh masyarakat. "Pasar, saya kira sudah bisa memberikan catatan dari demo yang dilakukan, mereka sudah bisa memilah. Saat ini pasar juga sedang memperhatikan sentimen global yang akan terjadi yaitu pemilihan Presiden AS," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (13/10/2020).

Dia menambahkan saat ini indikator lain dalam kondisi yang cukup baik mulai dari nilai tukar rupiah, harga komoditas, indeks global.

"Pasar juga melihat apakah ada sentimen lain, misalnya kondisi pasar sangat ketakutan karena ada sentimen negatif dari berbagai sektor. Tapi kan tidak, saat inikan tidak jadi meskipun ada demo pasar juga masih memperhatikan sentimen global. Rupiahnya juga masih mampu bertahan," jelas dia.

(kil/hns)

Hide Ads