Trump Mulai Bahas Perpanjangan Stimulus, Wall Street 'Tersenyum'

Trump Mulai Bahas Perpanjangan Stimulus, Wall Street 'Tersenyum'

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 23 Okt 2020 09:27 WIB
Bursa saham Wall Street di AS
Foto: Reuters
Jakarta -

Kabar pembicaraan perpanjangan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) membuat bursa saham New York atau Wall Street ditutup dengan 'senyuman'. Stimulus itu sudah diharapkan sejak lama demi memulihkan ekonomi AS yang masih 'tiarap' akibat tingginya kasus.

Namun, di pasar tenaga kerja menunjukkan adanya pemulihan secara perlahan-lahan. Hal ini juga menghasilkan sentimen positif pada pasar.

Dilansir dari Reuters, Jumat (23/10/2020), Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan, pembahasan untuk bantuan tunai dan sebagainya sudah menunjukkan kemajuan. Bahkan, ia menyatakan stimulus itu bisa ditetapkan dalam sebuah kebijakan secepat mungkin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyatakan, stimulus baru nantinya akan ada perbedaan yang cukup signifikan dari yang sebelumnya. Selain itu, ia menegaskan stimulus baru tak mungkin difinalisasi sebelum pemilihan presiden (Pilpres) pada 3 November mendatang.

Sejauh ini, Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah membahas stimulus baru yang nominalnya mendekati US$ 2 triliun atau sebesar Rp 29.446 (kurs Rp 14.723). Namun, nominal itu Senat Partai Republik tak menyetujui nominal tersebut karena mempertimbangkan defisit anggaran.

ADVERTISEMENT

Pada pasar tenaga kerja, data menunjukkan warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran ke pemerintah negara bagian menurun, yakni hanya 787.000 orang. Namun, angka ini masih tinggi karena stimulus fiskal dari pemerintah kian menipis.

Di lain kesempatan, Head of Trading dari Harvest Volatility Management Mike Zigmont mengatakan, rumor perpanjangan stimulus sudah berulang kali dilontarkan. Menurutnya, rumor itu tak akan memberikan dampak besar pada pasar ke depannya.

"Saya pikir pasar akan mulai terbiasa dengan rumor ini, dan setiap rumor baru akan berdampak lebih kecil dari sebelumnya," ungkap Zigmont.

Dow Jones Industrial Average (DJI) ditutup 152,84 poin lebih tinggi, atau 0,54%, menjadi 28.363,66. Indeks saham S&P 500 (.SPX) naik 17,93 poin, atau 0,52%, menjadi 3.453,49. Lalu, Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 21,31 poin, atau 0,19%, menjadi 11.506,01 .

Sementara itu, indeks saham Energy (.SPNY) dan financials (.SPSY) masing-masing naik 4,16% dan 1,88%, membukukan kenaikan paling tajam di antara sektor-sektor S&P utama.

Setelah bel penutupan, saham Gilead Sciences Inc. (GILD.O) naik 3,16% setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengeluarkan izin edar obat antivirus Corona Veklury atau yang biasa dikenal dengan remdesivir.

Sementara itu, sekitar seperlima dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam S&P 500 telah melaporkan hasil kuartal ketiga, 84,1%.

Tesla Inc TSLA.O naik 0,7% setelah perusahaan melaporkan laba kuartalan 5 kali berturut-turut mencetak rekor pendapatan US$ 8,8 miliar atau sekitar Rp 129 triliun.

Di antara saham-saham yang melambung tinggi, saham Chipotle Mexican Grill Inc (CMG.N) turun 4,8% karena laba kuartalannya turun. Hal itu disebabkan oleh harga daging sapi yang tinggi, serta biaya pengiriman, dan tambahan pengeluaran dalam pengendalian virus Corona (COVID-19) di perusahaan.

Di antara perusahaan blue-chip, Coca-Cola Co KO.N naik 1,4% setelah laporan keuangan di kuartal III-2020 melewati ekspektasi. Sementara, produsen bahan kimia Dow Inc (DOW.N) turun 0,6%.

Indeks saham S&P 500 mencatat ada23 perusahaan dengan nilai saham tertinggi. Sementara, Nasdaq Composite mencatat 57 perusahaan baru dengan nilai saham tertinggi, dan 32 perusahaan dengan nilai saham terendah.

Para investor akan memantau hasil debat presiden terakhir yang sedang berlangsung saat ini. Apakah Presiden Donald Trump atau calon dari Partai Demokrat Joe Biden yang lebih unggul.

(eds/eds)

Hide Ads