Bursa Saham Bergairah Sambut Pilpres AS, Pertanda Apa Nih?

Bursa Saham Bergairah Sambut Pilpres AS, Pertanda Apa Nih?

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 04 Nov 2020 10:44 WIB
Joe Biden dan Donald Trump (AP Photo)
Foto: Joe Biden dan Donald Trump (AP Photo)
Jakarta -

Pasar keuangan meningkat dua hari berturut-turut jelang pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS). Sebelumnya, harga saham tertekan beberapa pekan terakhir dan menambah kekhawatiran ekonomi secara global.

Namun, investor berharap siapapun yang menang dalam pilpres AS, tugas utama yang dilakukan presiden baru AS yakni memfokuskan kembali perhatian untuk memberi bantuan ekonomi dalam mengatasi pandemi COVID-19.

Ketiga indeks utama AS ditutup lebih tinggi, dengan Dow naik lebih dari 2%, S&P 500 naik lebih tinggi dengan 1,7%, sedangkan Nasdaq naik hampir 1,9%. Sebelumnya, pasar keuangan Eropa dan Asia juga menguat, dengan FTSE 100 London naik 2,3%, kenaikan terbesar dalam hampir dua bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Investor tidak menyukai ketidakpastian, jadi terlepas dari siapa yang menang, investor bertekat melewati kebisingan jelang pilpres agar dapat meredakan beban pikiran," kata Direktur Strategi Portofolio perusahaan investasi Verdence Capital Advisors, Megan Horneman dikutip dari BBC, Rabu (4/11/2020).

Banyak analis Wall Street memperkirakan kemenangan ada di tangan Joe Biden dan mengharapkan partai yang mendukung Biden untuk memenangkan kursi tambahan di Kongres. Jajak pendapat nasional memberikan keunggulan tegas kepada Biden, tetapi persaingan lebih ketat di negara bagian yang dapat menentukan hasilnya.

ADVERTISEMENT

Analis Wells Fargo mengatakan kubu Biden dipandang dapat meningkatkan kemungkinan paket stimulus pandemi COVID-19 dan akan mendorong harga saham lebih tinggi. Namun, hal itu tidak berlaku dalam jangka panjang, kekhawatiran biaya dan perubahan kebijakan bisa saja menurunkan harga.

Namun, jika kemenangan di tangan Biden dan Partai Republik tetap memegang kendali pemerintahan akan menyebabkan short sell off atau penjualan saham yang kecil. Begitu pun jika Trump tetap mempertahankan singgasananya. Tetapi analis mengungkap hal itu cenderung akan mempertahankan harga saham lebih stabil.

(ara/ara)

Hide Ads