Perusahaannya Masuk Bursa AS, Pengusaha China Ini Jadi Miliarder

Perusahaannya Masuk Bursa AS, Pengusaha China Ini Jadi Miliarder

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 26 Nov 2020 23:05 WIB
Traders work on the trading floor on the final day of trading for the year at the New York Stock Exchange (NYSE) in Manhattan, New York, U.S., December 29, 2017. REUTERS/Andrew Kelly
Ilustrasi: New York Stock Exchange/Foto: Reuters
Jakarta -

Pengusaha kosmetik asal China, Huang Jinfeng kini bersanding dengan jajaran miliarder dunia. Perusahaan startup kecantikan dan e-commerce miliknya, Yatsen Holding, go public di bursa saham Amerika Serikat (AS).

Melansir Forbes, Kamis (26/11/2020), perusahaan yang berbasis di Guangzhou itu mengoperasikan merek kecantikan seperti Perfect Diary, Little Ondine dan Abby's Choice. Saat mencatatkan sahamnya perdana di New York Stock Exchange, saham Yatsen Holding melonjak hingga 75%.

Perusahaan ini mengumpulkan US$ 617 juta melalui pencatatan saham ini. Sekarang perusahaan ini memiliki nilai pasar US$ 7,8 miliar. Dampaknya Huang yang berusia 37 tahun kini memiliki kekayaan bersih US$ 3 miliar yang diperoleh dari 25% kepemilikannya di perusahaan, menurut perkiraan Forbes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan yang baru berusia 4 tahun ini berhasil menonjol di pasar kecantikan China melalui harga yang kompetitif dan strategi media sosial yang jitu. Perusahaan menjual produk seperti eye shadow hanya seharga US$ 4,5.

Perusahaan tersebut juga bekerja sama dengan selebriti dan influencer untuk memasarkan produknya di platform media sosial seperti aplikasi video pendek Douyin dan Sina Weibo yang setara dengan twitter di China.

ADVERTISEMENT

Meskipun pemasaran digital semacam itu bukanlah hal baru, Yatsen telah menjadi pemimpin dan pesaing yang layak untuk merek-merek barat yang lebih mapan seperti L'Oreal.

Tahun lalu, pendapatan Yatsen melonjak hampir lima kali lipat menjadi US$ 446 juta dari 2018. Tetapi perusahaan tidak kebal terhadap pandemi. 200 tokonya pernah terpaksa tutup di tengah aturan karantina yang ketat, dan masih menghadapi sentimen dari penurunan daya beli masyarakat China.

(das/hns)

Hide Ads