Pandemi COVID-19 malah menjadi pupuk bagi pertumbuhan investor pasar modal Indonesia. Menariknya lagi, jumlah investor ritel yang bertambah pesat itu didominasi oleh investor milenial.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan jumlah investor pasar modal secara total sudah mencapai 3,6 juta. Pertumbuhan paling besar terjadi di tahun ini yang merupakan tahun pandemi.
Menurutnya ada beberapa hal positif dari pandemi COVID-19 yang bisa meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Pembatasan ruang gerak masyarakat justru memberikan waktu lebih banyak untuk belajar investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus belum lagi bunga di bank itu cenderung turun, suku bunga acuan BI reverse repo rate itu sekarang sudah 3,75% dan kecenderungannya turun. Itu pun berdampak juga terhadap bunga di perbankan. Sehingga itu membuat investor itu mulai melirik juga investasi di saham. Saya pikir ini merupakan tahun kebangkitan investor ritel," ucapnya.
Menurut data pe 19 November 2020, jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 3.532.519, angka itu naik naik 42,19% menjadi dari posisi akhir 2019 sebesar 2.484.354.
"Sampai dengan Desember jumlah SID sudah mencapai 3,6-3,7 juta. Bayangkan pada saat 2016 itu tuh masih di bawah 1 juta loh, sekitar 800 ribu. Ini kenaikannya luar biasa, dari di bawah 1 juta menjadi 3,6 juga, hampir 4 kali lipat," tambah Inarno Djajadi.
Menariknya lagi investor di pasar modal saat ini malah didominasi oleh generasi milenial. BEI mencatat investor lebih dari 70% investor berada dalam rentang usia sampai dengan 40 tahun. "Jadi sekarang ini kebangkitan investor ritel dan investor milenial," kata Inarno
Penambahan investor tahun ini tidak lepas juga dari upaya BEI melakukan sosialisasi dan edukasi. Tercatat BEI sudah melakukan 8 ribu kegiatan dan 6 ribu di antaranya dilakukan secara online dengan peserta mencapai 1,17 juta orang. Dari peserta itu tercatat 60 ribu peserta membuka SID baru.
Sementara menurut Inarno penambahan investor milenial tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Saat ini transaksi saham, obligasi ataupun reksa dana sudah bisa melalui aplikasi. Bahkan pembukaan rekening juga bisa dilakukan secara online.
"Pembukaan rekening yang biasanya dilakukan mungkin butuh waktu 2 minggu paling cepat, sekarang dalam waktu berapa jam saja sudah bisa dilakukan. Dan kaum milenial dari satu HP saja bisa sekarang bisa beli dan mungkin pagi beli, sorenya atau siangnya bisa jual. Semuanya dari HP. Jadi kemudahan-kemudahan tersebut disukai oleh kaum milenial sehingga meningkatkan minat milenial untuk untuk terjun di pasar modal," tutup Inarno Djajadi.
(das/dna)