Stafsus Ungkap Erickmology di Balik Kinerja Emiten BUMN

Stafsus Ungkap Erickmology di Balik Kinerja Emiten BUMN

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 19 Jan 2021 22:10 WIB
Sejumlah tamu beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). Kementerian BUMN meluncurkan logo baru pada Rabu (1/7) yang menjadi simbolisasi dari visi dan misi kementerian maupun seluruh BUMN dalam menatap era kekinian yang penuh tantangan sekaligus kesempatan. ANATAR FOTO/Aprillio Akbar/nz
Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikFinance: Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN bidang Komunikasi Arya Sinulingga
Jakarta -

Belakangan ini banyak saham emiten BUMN yang melejit meski masih berada di tengah-tengah krisis pandemi COVID-19 ini. Menurut Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN bidang Komunikasi Arya Sinulingga, hal itu terjadi bukan tanpa sebab. Ia meyakini transformasi yang dibawa Menteri BUMN yang baru Erick Thohir menjadi salah satu pemicunya.

"Itu namanya Erickmology karena Pak Erick kan begini ya, banyak melakukan aksi korporasi, ya namanya saham, aksi korporasi itu harus sering dilakukan, jadi kebetulan kita melakukan transformasi jadi ini bukan datang tiba-tiba, tapi karena memang transformasi dilakukan di BUMN. Jadi terlihat hasilnya di market," ujar Arya dalam acara Creative Money Berita Satu bertema Primadona Emiten 2021, Selasa (19/1/2021).

Arya mencontohkan pergerakan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Hal itu terjadi karena ada aksi korporasi yakni memerger 3 bank syariah BUMN sekaligus menjadi satu kesatuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kasih contoh misalnya ketika bank syariah punya BUMN disatukan, dimerger, ini kan aksi korporasi, membuat nilai BRI Syariah jadi naik gitu, karena memang ada aksi korporasi dan itu transformasi yang dilakukan BUMN," katanya.

Arya juga mencontohkan aksi korporasi yang dilakukan emiten-emiten BUMN lainnya yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian. Ketiganya akan dilebur jadi satu menjadi holding ultra mikro.

ADVERTISEMENT

"Ini untuk menjangkau ultramikro, karena kita tahu ada sekitar 40an atau 50% ultramikro yang belum terjangkau oleh perbankan, atau juga namanya financial tech-inklusi. Inilah aksi korporasi yang dilakukan pak Erick Thohir sehingga dia juga naik," sambungnya.

Ia juga menjabarkan beberapa aksi korporasi serupa lainnya yang dilakukan emiten BUMN lainnya dan berpengaruh pada kenaikan nilai sahamnya.

Pendapat Arya itu diamini Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda. Langsung klik halaman berikutnya.

"Memang kuncinya bagaimana corporate action, karena investor ini melihatnya itu untuk forward looking, melihat potensi yang ada nanti di masa mendatang, kemudian investor bergerak lebih cepat menangkap peluang yang ada. Oleh karena itu kita lihat reli yang ada itu sangat signifikan untuk saham-saham BUMN," kata Thendra.

Menurut Thendra, di awal tahun ini saja, rata-rata kenaikan saham BUMN seperti ANTM dan emiten farmasi khususnya sudah mencapai lebih dari 20%. Ditambah pemberitaan cukup masif belakangan ikut jadi pemicu lainnya.

"Selain aksi korporasi kita melihat juga di era kita melihat untuk perkembangan teknologi, kemudian work from home ini pemberitaan memegang kunci yang sangat penting sehingga investor itu well inform," sambungnya.

Apalasi saat ini pasar modal dalam negeri lebih banyak didominasi investor ritel. Investor ritel kata Thendra identik mudah dipengaruhi oleh sentimen dari saham-saham yang ada.

"Sekarang yang menggerakkan pasar modal di Indonesia bukan lagi investor asing karena investor asing sekarang hanya berkontribusi sekitar 20% mostly di beberapa tahun lalu itu kontribusinya lebih dari 60% atau even kebalikan dari sekarang. Sekarang ritel yang memegang transaksi dj bursa yang ada, dan kalau kita lihat ritel itu lebih cenderung dipengaruhi oleh sentimen jadi kalau sentimennya bagus, kalau kita lihat keputusan investasi dari investor ritel itu jauh lebih cepat," terangnya.


Hide Ads