Seminggu Lebih Merosot, Ada Apa Denganmu IHSG?

Seminggu Lebih Merosot, Ada Apa Denganmu IHSG?

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 29 Jan 2021 17:51 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% ke level 4.891. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham siang ini.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Lagi-lagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan dengan pelemahan. Ini sudah ketujuh kalinya IHSG menutup hari di zona merah.

Hari ini tercatat IHSG turun 1,96% ke posisi 5.862. Jika ditarik selama seminggu IHSG sudah turun 7,05%.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pasar modal Indonesia memang tengah dinaungi beberapa sentimen negatif. Pertama pandemi COVID-19 yang masih belum jelas juga menambah keraguan pelaku pasar. Sebab vaksin yang ada juga masih belum memberikan kepastian untuk mengakhiri pandemi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka berharap dengan adanya vaksin bisa kembali pulih, tapi di sisi lain ternyata virus ini ada varian baru, dan juga terjadi mutasi. Ini jadi pertanyaaan apakah vaksin didistribusikan secara luas apakah efektif mengatasi virus. Selain itu ada kasus saat uji coba vaksin ada efek samping dan bahkan ada kematian, walaupun belum detail dijelaskan penyebabnya," tuturnya saat dihubungi detikcom, Jumat (29/1/2021).

Sentimen negatif kedua, saat ini emiten mulai masuk dalam musim laporan keuangan. Beberapa emiten-emiten besar seperti perbankan mengindikasikan kinerja negatif di sepanjang 2020.

ADVERTISEMENT

Sementara saham-saham perbankan relatif sudah berterbangan tinggi sebelumnya. Sehingga ketika laporan keuangannya keluar, pelaku pasar cenderung profit taking.

Tak hanya di situ, Reza menilai penurunan akan berlanjut minggu depan. Sebab PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan membuka kembali aktivitas short sell.

Short selling sendiri merupakan aktivitas pinjam meminjam saham. Investor bisa meminjam saham untuk dijual, kemudian berjanji untuk membelinya kembali di kemudian hari.

Investor yang melakukan aktivitas itu bertujuan mengambil untung dari penurunan nilai saham. Peluangnya dia bisa menjual saham yang dipinjam itu di level tinggi, jika saham itu kemudian harganya turun dia mendapat untung karena membelinya kembali di level rendah.

"Berartikan harga harus turun, ini bisa memicu penurunan secara masif. Karena semua investor mau ambil di harga paling rendah," tuturnya.

Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas juga menilai hal yang sama. Virus COVID-19 masih menjadi menghantui pasar modal meskipun vaksin sudah mulai diedarkan

"Virus korona juga terus meningkat, sedangkan keefektifan vaksin belum menunjukkan dampaknya," tuturnya.

Di sisi lain, para pelaku pasar juga mulai melakukan aksi profit taking setelah euforia meroketnya banyak saham beberapa waktu ke belakang.

Dari sisi penerapan short selling dia juga meyakini akan menambah beban IHSG untuk kembali pulih. Dia memprediksi IHSG masih dalam tren negatif dalam waktu dekat.

"Terkait short sell bisa jadi bakal memperparah penurunan indeks, karena kondisi saat ini dalam tren turun. Jadi prediksinya lebih k banyak turun," tutupnya.

(das/zlf)

Hide Ads