Sarasa Nugraha Banting Setir ke ke Bisnis Agro Kimia

Sarasa Nugraha Banting Setir ke ke Bisnis Agro Kimia

- detikFinance
Senin, 27 Feb 2006 18:08 WIB
Jakarta - Karena merugi di industri tekstil, PT Sarasa Nugraha Tbk memutuskan untuk beralih ke bisnis agro kimia. Perusahaan yang merupakan distributor merek-merek eksklusif ini memilih menjadi produsen ethanol, asam asetat dan ethyl asetat.Beberapa produk eksklusif yang didistribusikan oleh perseroan antara lain Eddie Bauer, May Co, Belk, Tommy Hilfiger, Dillard's, Esprit."Apalagi perseroan merupakan perusahaan pertama dan merupakan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara yang menghasilkan ethanol, asam asetat, ethil asetat dalam satu pabrik," kata Presiden Direktur PT Sarasa Nugraha Budhi Moeljono dalam paparan publik di Hotel Mulia, Senin (27/2/2006). Dia mengatakan, produk ethanol sangat diperlukan untuk kebutuhan industri farmasi, rumah sakit, kosmetik, parfum, rokok, minumal alkohol dan lainnya. Sementara produk asam asetat dan ethyl asetat diperlukan untuk "food additive", cuka makanan, produk farmasi, industri kimia, tekstil, benang karet, PVC film, cat dan tinta cetak.Peralihan bidang usaha ini seiring dengan efektifnya merger perseroan dengan PT Indo Acidatama Chemical Industry sejak 4 Oktober 2005 lalu. Budhi mengatakan, sebenarnya persiapan untuk bergerak di bidang agro kimia sudah sejak lama, seiring dengan tidak kondusifnya usaha di bidang garmen.Saat ini kapasitas produksi ethanol, asam asetat dan ethyl asetat perseroan mencapai 60 kilo liter per hari. sementara kapasitas maksimum perseroan mencapai 150 kilo liter per hari.Kedepannya perseroan juga akan memproduksi gasohol. Budhi menargetkan produksi komersial untuk gasohol paling cepat pada kuartal III 2006 atau paling lambat pada kuartal pertama 2007. Berhubung belum adanya regulasi pemasaran produk gasohol, untuk sementara perseoan akan mengekspor seluruh produksinya ke luar negeri."Sementara regulasi belum keluar, kami akan pasarkan produk tersebut 100 persen ke luar negeri," ujarnya.Untuk pengembangan bisnis baru ini, perseroan menganggarkan belanja modal (Capital Expenditure/capex) sebesar US$ 4,5 juta pada tahun ini. Capex ini akan digunakan untuk pembelian mesin-mesin produksi seperti boiler, evaporator, turbin. Dana CAPEX ini akan dibiayai dari dana internal sebesar US$ 1 juta dan sisanya pinjaman dari bank lokal.Sebelum merger tahun 2004, perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp 50,2 miliar. Sedangkan pada 2005 (unaudited), perseroan memperoleh laba bersih Rp 19,8 miliar. (qom/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads