Seluruh Karyawan Garuda Ditawari Pensiun Dini, Apa Sebabnya?

Seluruh Karyawan Garuda Ditawari Pensiun Dini, Apa Sebabnya?

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 21 Mei 2021 11:48 WIB
Jakarta -

Asosiasi Pilot Garuda (APG) mengatakan manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menawarkan pensiun dini kepada seluruh karyawan. Tawaran tersebut diumumkan pada 19 Mei 2021.

Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Muzaeni menduga keuangan perusahaan sedang berdarah-darah sehingga menawarkan opsi pensiun dini kepada karyawan.

"Karena perusahaan Garuda ini semakin hari semakin rugi dikarenakan pandemi," kata dia kepada detikcom, Jumat (21/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetapi, lanjut dia, persoalan utama Garuda Indonesia adalah harga sewa pesawat yang sangat mahal yang merupakan warisan dari manajemen sebelumnya.

"Itulah yang membuat perusahaan merugi dan biaya operasionalnya sangat mahal karena harga sewanya mahal, makanya tiket Garuda-nya juga mahal. Dengan mulai adanya pandemi, penumpang kan semakin sedikit yang naik, lebih-lebih dulu ada larangan terbang segala macam, jadi makin kurang lah pemasukannya," jelas Muzaeni.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya mulai November, penumpang Garuda Indonesia kata dia mulai membaik. Tetapi pada Desember banyak penumpang membatalkan tiket yang sudah dibeli karena syarat perjalanan yang dinilai semakin ketat.

Lalu pada Januari hingga Maret, penumpang tidak begitu banyak karena sedang low season, tapi masih ada pemasukan yang lumayan.

"Nah di bulan April yang mau puasa itu penumpang sudah mulai membaik karena kan ada pergerakan menyambut Ramadhan. Kita berharap itu di mudik Lebaran, angkutan Lebaran ini lah nanti kita dapat pemasukan yang bagus.

Sayangnya kasus pandemi di dunia meledak, khususnya di India. Hal itu membuat pemerintah melalui Satgas COVID-19 memperketat mobilitas masyarakat dengan meniadakan mudik Lebaran 2021.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Meski selama masa larangan mudik Garuda Indonesia masih boleh mengangkut penumpang dengan tujuan khusus, tapi itu jumlahnya tak seberapa.

"Kan itu jumlahnya sangat sedikit. Yang tadinya kita bisa 120 bahkan 150 flight per hari, itu kemarin cuma bisa jalan 17 penerbangan. Itu pun rugi, penumpangnya dikit (nggak menutup biaya) jauh, jauh sekali malah nombok. Nah semakin hari semakin rugi, kurang lebih kalau dihitung-hitung sebulan itu bisa Rp 1 triliun ruginya. Kan semakin numpuk," ungkapnya.

"Nah karena merugi terus dari tahun 2020 sampai sekarang itu utangnya Rp 70 triliun hari ini," ujar Muzaeni.

Pemerintah sebenarnya sudah memberi dukungan bantuan pendanaan sebesar Rp 8,5 triliun untuk Garuda Indonesia. Namun kata dia belum cair semuanya.

"Baru turun Rp 1 triliun, belum semuanya, masih Rp 7,5 triliun lagi karena memang Rp 8,5 triliun itu pemberiannya ada term, Rp 1 triliun dulu, Rp 1 triliun dulu," sebutnya.

Oleh karenanya, manajemen Garuda Indonesia harus tetap melakukan efisiensi karena yang dia tahu perusahaan semakin terpuruk. Atas kondisi tersebut, dicarilah opsi-opsi untuk meringankan beban maskapai penerbangan itu, salah satunya restrukturisasi.

Menanggapi rencana tersebut, pihaknya dari asosiasi tidak dalam posisi setuju atau menolak. Tapi pihaknya menekankan agar manajemen tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak.

"Silakan restrukturisasi karena memang situasi dan kondisi kayak begini. Tapi permintaan kami harus tidak ada PHK sepihak, karena kalau ada PHK sepihak itu menyalahi aturan. Makanya karena kami dari asosiasi atau dari serikat itu memberikan statement itu ya itulah yang diambil oleh manajemen bahwasanya pensiun dini," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tak menjawab konfirmasi detikcom. Dia menyarankan untuk berkoordinasi dengan VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Mitra Piranti. Tapi belum ada jawaban.

"Koordinasi sama bu Mitra Corsec ya," jawab Irfan singkat.


Hide Ads