Pelaku Pasar Nilai Divestasi Bumi Resources Belum Transparan
Selasa, 21 Mar 2006 11:57 WIB
Jakarta - Pelaku pasar menilai divestasi anak usaha yang dilakukan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), masih belum transparan dan memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi."Saya rasa mungkin harus tunggu sampai ada kejelasan. Nanti next step-nya itu apa. Jadi sekarang ini uncertainty-nya masih besar," kata Executive Vice President, Head of Equity Research PT Mandiri Sekuritas, Rani Sofjan saat ditemui di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Selasa (21/3/2006).Meskipun manajemen BUMI telah memberikan penjelasannya ke BEJ, pelaku pasar belum mendapatkan gambaran yang jelas terhadap aksi korporasi tersebut dan strategi perseroan kedepannya. Sehingga sulit untuk menilai aksi divestasi PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebesar 95 persen,PT Arutmin Indonesia sebesar 100 persen dan PT Indocoal Resources Limited sebesar 100 persen, dengan total nilai penjualan mencapai US$ 3,2 miliar.Perjanjian jual beli dilakukan dengan PT Borneo Lumbung Energi yang merupakan afiliasi dari PT Renaissance Capital pada 16 Maret 2006."Berikutnya seperti apa kita belum tahu dan belum bisa dihitung value-nya akan seperti apa dan BUMI akan menjadi seperti apa," ujar Rani.Dalam dengar pendapat dengan BEJ Senin kemarin (20/3/2006), direksi BUMI menjelaskan akan menggunakan sebagian dari hasil penjualan anak usahanya untuk membayar utang dan investasi baru.Beberapa rencana bisnis yang dilirik BUMI antara lain membeli tambang emas di Gorontalo dan tambang biji besi di Mauritania, Afrika, serta terjun ke bidang synthetic oil dari batubara. Pembuatan minyak pelumas sintetis itu membutuhkan investasi sekitar US$ 3,4 miliar.Sudah menjadi perbincangan pelaku pasar, kalau grup usaha Kelompok Bakrie kerap melakukan akrobat bisnis.Seperti melakukan pembelian KPC tahun 2003 senilai US$ 500 juta, tiga tahun kemudian saham itu dijual bersama dua anak usaha lainnya dengan pemasukan mencapai US$ 3,2 miliar.Siapa dibalik pembeli anak usaha BUMI juga terus mendapat keingintahuan pelaku pasar. Hanya nama Samin Tan dan Surjadinata diketahui pendiri PT Borneo Lumbung Energi, yang juga pendiri kantor akuntan publik Delotte Touche Tohmatsu (DTT) Indonesia.Selain kedua nama itu, dibalik Renaisance juga terdapat nama Dessi Natalegawa, Rosan P. Roeslani, dan Sandiaga Uno anak pengusaha Mien Uno. Sementara Dessy Natalegawa juga adalah pendiri DTT. Nama Rosan P Roslani lebih dikenal sebagai pemilik PT Rifan Financido yang kini berganti nama menjadi Recapital.
(ir/)