Profesional trader Bekti Suktina menyarankan untuk tidak scalping di saham yang stabil atau blue chip. Gaya ini lebih cocok dimainkan untuk saham gorengan.
"Kalau ditanya pilihan karakteristik saham pilihan saya di saham-saham lapis dua lapis tiga ataupun saham-saham gorengan, kenapa ? karena kalau kita itu scalping justru harus mengambil yang volatilitas yang ada frekuensi gerakannya karena kita akan mengambil selisih harga ibaratnya itu kayak nyopet saham," ujar Bekti dalam acara d'Mentor detikcom, Rabu (20/10/2021).
"Kalau scalping saham blue chip mah susah sekali karena dia sahamnya stabil," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: d'Mentor: Berani Scalping Saham Demi Profit |
Selain memahami karakteristik saham untuk gaya scalping bekti tambahkan kita harus juga jeli melihat peluang di pasar modal. Oleh karena itu pengalaman dan jam terbang menjadikan lihai.
"Kita harus tahu dan kapan melirik peluang di saham, besok kira-kira apa yang bakal direspon pasar, makanya dari itu kita harus lincah beradaptasi. Kalau ditanya rumus pasti, tidak ada tetapi kita yang harus menyesuaikan. Sama aja kalau ditanya musim, kira-kira kapan ? ya kita enggak tahu tapi kita cuma bisa prediksi, kira-kira di bulan Januari Desember akan terjadi kebiasaannya seperti ini, sama dengan sektor ini. Jadi kita harus bisa beradaptasi kondisi pasar," paparnya.
Bekti mengatakan tidak semua sektor dan pasar bisa di scalping. Seperti jelang akhir tahun yang mana pasar tengah digandrungi saham blue chip.
"Ada saat scalping diterapkan di semua pasar kita harus bisa beradaptasi misalnya akhir-akhir ini saham blue chip lagi manggung naik luar biasa, saat seperti ini scalping kurang cocok, kalau pun anda scalping mungkin bisa, tapi akan lebih cape mending anda beli diamkan jadi swing trading," tutupnya.
(edo/fuf)