Soal IPO Jumbo Mitratel, Begini Propeknya Menurut Analis

Soal IPO Jumbo Mitratel, Begini Propeknya Menurut Analis

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 01 Nov 2021 16:56 WIB
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (13/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini pukul 12.00 menurun-0,67% ke posisi 5,873,30. Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen atas ketakutan pasar akan penyebaran wabah virus corona.
Soal IPO Jumbo Mitratel, Begini Propeknya Menurut Analis
Jakarta -

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 25,5 miliar saham atau setara 29,85%. Dengan harga IPO berkisar Rp 775-975 per saham, perseroan berpotensi meraih dana hingga Rp 24,9 triliun atau terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.

Analis Verdana Nomura Raymond Kosasih dalam risetnya menilai IPO Mitratel sebagai peluang investasi bagi investor. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan trafik data di Indonesia berkisar 40-50%. Ditambah dengan keterbatasan jumlah spektrum/frekuensi, sehingga kebutuhan akan menara bakal tetap tinggi pada masa mendatang.

"Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk rendah dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan/atau India. Ratio populasi per menara di Indonesia masih termasuk yang tinggi di kisaran 2,250 dibandingkan Brasil dan India yang berkisar 2,100," tulis Raymond, Senin (1/11/2021).

Dia melihat itu sebagai peluang bagi Mitratel, yang meskipun mayoritas sahamnya dikuasai oleh Telkom, perseroan tetap menjaring operator-operator lainnya di luar Grup Telkom sebagai tenant, baik dalam built-to-suit (membangun menara baru) dan/atau co-location (co-lo).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Operator-operator di luar Grup Telkom juga sangat terbuka untuk melakukan co-location di menara-menara milik Mitratel. Sebagai bukti, atas menara-menara yang dimiliki oleh Mitratel dari tahun 2010 memiliki rasio co-lo di kisaran 1,9 kali, lalu 1,7 kali untuk menara yang dimiliki sejak 2011, dan seterusnya.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi operator-operator selain Telkomsel untuk menjadi tenant di menara-menara milik Mitratel. Pertama, Mitratel termasuk perusahaan menara yang sudah memiliki rekam jejak (track record) yang sangat bagus. Kedua, harga sewa yang ditawarkan sesuai harga pasar.

Mengenai kemungkinan kekhawatiran pasar atas independensi dalam penempatan perangkat dari operator pesaing di menara-menara Mitratel, Raymond melihat bahwa itu kurang tepat karena jika Mitratel tidak membuka menara-menara tersebut, cepat atau lambat perusahaan menara pesaing Mitratel akan mendirikan menara-menara di lokasi yang dibutuhkan.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Research Analyst Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam keterangannya menyebutkan, industri tower masih memiliki ruang pertumbuhan yang cukup baik, apalagi sebentar lagi Indonesia akan memasuki era teknologi 5G. Demikian pula dengan Mitratel.

"Saya melihat pilihan terbaik bagi Mitratel untuk dapat tumbuh dengan baik ke depan adalah dengan menjaga independensinya, yang artinya harus melayani kebutuhan seluruh operator seluler dengan sama baiknya," ujar Hans.

Di sisi lain, Mitratel sebagai listed company yang sebagian sahamnya dimiliki oleh publik, akan selalu mengambil keputusan yang terbaik untuk semua stakeholders, sehingga tidak hanya mendahulukan kepentingan pemegang saham utama.


Hide Ads