3 Hal yang Bisa Bikin Investor Deg-degan hingga Akhir Tahun

3 Hal yang Bisa Bikin Investor Deg-degan hingga Akhir Tahun

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 17 Nov 2021 18:45 WIB
Woman looking stock market Data on smart phone
Foto: Getty Images/iStockphoto/Orientfootage
Jakarta -

Pasar modal Indonesia masih menghadapi beberapa ancaman di sisa waktu tahun ini. Setidaknya ada 3 hal yang membayangi pasar modal hingga akhir tahun.

Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management Herman Tjahjadi mengatakan dengan sisa waktu yang ada sampai akhir tahun 2021 ada beberapa hal yang terus mereka cermati.

"Pertama adalah resiko inflasi yang meningkat berhubungan dengan meningkatnya harga minyak bumi, CPO, gandum, dan kopi," ucapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (17/11/2021)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, lanjut Herman, perkembangan kasus COVID-19 di China yang belakangan ini terus meningkat di beberapa kota di China. Jika pemerintah China memutuskan untuk kembali menerapkan lockdown di beberapa pelabuhan utama di China untuk beberapa minggu, akan menyebabkan rantai pasokan (supply chain) semakin berat.


Meski begitu Herman Tjahjadi meyakini 2022 fundamental ekonomi akan semakin positif. Hal tersebut didukung oleh pandemi COVID-19 yang mulai sangat terkendali dan statusnya kemungkinan akan menurun menjadi endemi di 2022."Ketiga, kami juga akan memonitor terus perkembangan covid di dalam negeri. Kami semua sangat berharap masyarakat Indonesia tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik dan tidak terlengah pada masa-masa liburan di akhir tahun 2021," tambahya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, para pelaku bisnis juga diyakini akan kembali melakukan investasi (capital expenditure) secara bertahap. Semua hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit (loan growth) yang semakin meningkat perlahan tapi pasti pada level +2% YoY di bulan September lalu (versus 1% YoY di bulan Agustus lalu).

"Ketika loan growth semakin positif, pertumbuhan ekonomi (economic growth) juga akan semakin baik ke depannya. Kami positif untuk 2022 dan menilai pertumbuhan GDP Indonesia di 2022 dalam kisaran 4.5%-5%, inflasi 2.2%-3.3%, dan rupiah kisaran 14,100-14.700," terangnya.

Lebih jauh lagi, tol-tol baru yang sudah (atau akan mulai) beroperasi di 2022 akan menjadi katalis positif juga dalam menurunkan biaya logistic/transportasi. Kemajuan dalam eCommerce juga akan sangat membantu para UMKM untuk meningkatkan penjualan mereka secara online. Perizinan dalam dunia usaha juga menjadi lebih baik melalui omnibus law yang telah disahkan di akhir 2020 lalu.

"Di tahun 2022 tentunya kami akan terus melakukan diversifikasi dengan meluncurkan produk-produk baru, khususnya untuk nasabah strategis. Saat ini, kami memiliki tiga produk fokus reksadana saham, yaitu Reksadana Mawar untuk Large Cap, Konsumer 10 untuk All Cap, dan Fokus 10 untuk Small Cap. Untuk investor yang lebih nyaman berinvestasi ke dalam saham-saham blue-chip, kami rekomendasikan untuk berinvestasi di Mawar. Untuk investor yang lebih agresif dan bisa mentolerir volatilitas dari saham-saham yang berkapitalisasi pasar kecil, Fokus 10 adalah produk yang tepat. Dan untuk investor yang berada di tengah-tengah, kami merekomendasikan untuk berinvestasi pada Konsumer 10," tutupnya.

DIM sendiri di tahun 2022 mentargetkan pertumbuhan Dana Kelolaan sebesar 15%. Di tahun 2021, sampai dengan Quarter III total Dana Kelolaan (AUM) DIM telah mencapai Rp 40 triliun.

Beberapa hal akan menjadi fokus utama yang akan dilakukan DIM di tahun 2022, yaitu pemasaran produk reksa dana open end dengan mengedepankan proposisi produk yang menjadi flagship DIM, pengambilan keputusan berbasis riset untuk peningkatan kualitas pengelolaan investasi, serta optimalisasi kanal ritel. Selain itu, DIM juga akan tetap mengedepankan manajemen risiko dan kepatuhan sebagai salah satu pilar utama upaya menjaga terlaksananya tata kelola perusahaan yang baik.

Sampai dengan saat ini, produk reksadana yang dikeluarkan DIM meliputi Reksadana Saham, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Campuran, Reksadana Pasar Uang, serta Reksadana ETF & Indeks.

"Dana kelolaan untuk industri reksadana mengalami penurunan di bulan Oktober 2021 sebesar 3% atau turun menjadi sebesar Rp554 triliun. Sementara DIM hanya mengalami penurunan sebesar 2% atau sedikit lebih baik dibandingkan penurunan kelolaan industri reksadana, dengan perolehan AUM reksadana sebesar Rp30 triliun, yang didukung Pangsa Pasar DIM sebesar 4.8% - 4.9%," kata Direktur Utama PT Danareksa Investment Management Marsangap P. Tamba.



Simak Video "Video OJK Catat Jumlah Investor Kripto RI Tembus Angka 13,71 Juta"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads