Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) resmi menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018. Langkah ini diambil di tengah melonjaknya harga yang meningkatkan inflasi yang disebabkan oleh serangan Rusia ke Ukraina.
Bank Sentral menaikkan suku bunga seperempat poin persentase atau 25 basis poin, setelah sebelumnya mempertahankannya mendekati nol sejak awal pandemi COVID-19. Hal ini membawa suku bunga sekarang ke kisaran 0,25% dan 0,50%.
"Kami tidak akan membiarkan inflasi tinggi. Biayanya akan terlalu tinggi," kata Ketua The Fed Jerome Powell dikutip dari CNBC, Kamis (17/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Fed memperingatkan bahwa inflasi tidak akan segera mereda dan diperkirakan akan tetap di atas target 2% hingga 2024. Powell mengatakan tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga lebih agresif jika tidak melihat perbaikan.
"Kami akan melihat kondisi yang berkembang. Jika kami menyimpulkan bahwa akan lebih tepat untuk bergerak lebih cepat, maka kami akan melakukannya," tuturnya.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memastikan upaya memerangi inflasi tidak menggagalkan pemulihan dari pandemi COVID-19. Bahkan ketika serangan Rusia ke Ukraina membuat ketidakpastian baru dalam ekonomi.
Dalam sebuah pernyataan, FOMC mengatakan dampak dari perang di Ukraina kemungkinan akan menciptakan tekanan tambahan pada inflasi. Termasuk juga dapat membebani kegiatan ekonomi, meskipun implikasinya bagi ekonomi AS sangat tidak pasti.
FOMC juga merilis proyeksi ekonomi di 2022. Perkiraan pertumbuhan menjadi 2,8% dari 4,0% di Desember lalu. "Anda melihat harga minyak yang lebih tinggi, harga komoditas yang lebih tinggi. Itu akan membebani PDB sampai batas tertentu," tandasnya.
(aid/dna)