TBS Energi Kurangi Bisnis Batu Bara dan Fokus ke Elektrik

TBS Energi Kurangi Bisnis Batu Bara dan Fokus ke Elektrik

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 08 Jun 2022 21:45 WIB
RUPS TBS Energi
Foto: Wadirut TBS Energi Pandu Patria Sjahrir (Sylke Febrina Laucereno/detikcom)
Jakarta -

PT TBS Energi Utama Tbk saat ini mengurangi bisnis batu bara dan fokus pada elektrik. Wakil Direktur Utama TBS Pandu Patria Sjahrir mengungkapkan untuk TBS saat ini 50% batu bara dan 50% elektrik.

Hal ini karena memang banyak perusahaan yang bertransisi ke energi terbarukan. Menurut dia hal ini harus diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi dan keinginan transisi ke non karbon.

Dia mengungkapkan perseroan sebelumnya fokus pada bisnis energi batu bara dan power plan. "Sejak tahun lalu berkomitmen untuk investasi ulang dari hasil profit ke bisnis renewable," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (8/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pandu mengungkapkan saat ini memang sedang terjadi tren kenaikan harga batu bara akibat perang di Rusia dan Ukraina. Menurut dia pemain batu bara saat ini banyak yang transisi ke energi terbarukan. Para perusahaan mengharapkan pemerintah bisa bekerja sama dari sisi pengalihan transisi.

Misalnya transisi ke two wheeler seperti Electrum atau investasi ke energi terbarukan lainnya. Menurut dia sebenarnya batu bara 10 tahun ke depan masih dibutuhkan dalam proses transisi energi.

ADVERTISEMENT

Namun untuk bisnis baru ini, energi terbarukan harus memiliki industri yang kuat.

TBS menargetkan mencapai carbon neutral tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, perseroan berkomitmen untuk menggunakan pendapatan untuk investasi ke sektor energi baru dan terbarukan.

"Termasuk kendaraan listrik, yang ramah lingkungan. Tahun 2021 kemarin sudah mewujudkan kerjasama joint venture untuk kendaraan listrik, Electrum. Artinya TBS sangat serius melihat ke depan untuk betransformasi menuju energi hijau," jelas dia.

Pandu mengungkapkan untuk dividen tahun 2021 memang dialokasikan untuk modal bisnis. "Untik dividen 2021 sudah disampaikan, laba dialokasikan untuk modal bisnis dan investasi. Untuk tahun 2022 harus bicara dengan lender terkait kemampuan dan keinginan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Ini akan didiskusikan," ujarnya.

RUPS juga membahas terkait persetujuan penggunaan laba bersih untuk keperluan pengembangan bisnis perusahaan, perubahan pengurus perusahaan dan persetujuan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

(kil/dna)

Hide Ads