Dolar AS Tembus Rp 14.900, Harga Barang-barang Ini Berpotensi Meroket

Dolar AS Tembus Rp 14.900, Harga Barang-barang Ini Berpotensi Meroket

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 21 Jun 2022 07:45 WIB
Dolar AS Tembus Rp 14.900, Harga Barang-barang Ini Berpotensi Meroket
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta -

Mata uang Rupiah sedang keok ditekan Dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar Dolar terhadap Rupiah sempat menyentuh level Rp 14.900.

Melemahnya nilai Rupiah dinilai dapat memberikan dampak instan di tengah masyarakat. Hal itu adalah meningkatnya tingkat inflasi.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menguatnya nilai tukar negeri Paman Sam dapat mempengaruhi ekonomi masyarakat Indonesia secara langsung. Dampaknya, inflasi mungkin akan terjadi dan menekan daya beli masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bhima menjelaskan penguatan dolar AS akan berpotensi mengerek kenaikan biaya produksi pada industri manufaktur, apalagi yang masih banyak menggunakan barang impor. Hasilnya, harga produk di tengah masyarakat akan meningkat.

"Pelemahan ini berdampak ke beberapa hal, pertama ada kenaikan biaya produksi industri manufaktur. Kenaikan biaya produksi ini, utamanya di manufaktur bergantung ke bahan baku impor akan diteruskan kepada konsumen akhir maka akan menciptakan tekanan inflasi lebih tinggi di dalam negeri," papar Bhima kepada detikcom, Senin (20/6/2022).

ADVERTISEMENT

Lalu apa saja barang-barang yang berpotensi naik harganya di tengah penguatan Dolar AS?

1. Harga Pangan dan Energi

Sejumlah kendaraan antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Tol Sidoarjo 54.612.48, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (11/4/2022). Pemerintah menetapkan Pertalite sebagai jenis BBM khusus penugasan yang dijual dengan harga Rp7.650 per liter dan Biosolar Rp5.510 per liter, sementara jenis Pertamax harganya disesuaikan untuk menjaga daya beli masyarakat yakni menjadi Rp 12.500 per liter dimana Pertamina masih menanggung selisih Rp3.500 dari harga keekonomiannya sebesar Rp16.000 per liter di tengah kenaikan harga minyak dunia. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Kenaikan harga akan terjadi pada kebutuhan pokok seperti energi dan pangan. Apalagi Indonesia masih banyak melakukan impor pada kebutuhan energi dan pangan.

"Tentunya kenaikan harga kebutuhan pokok akan terjadi akibat nilai tukar melemah dan membuat masyarakat keluarkan lebih banyak uang untuk beli kebutuhan sehari-hari," papar Bhima.

Tapi, menurut Bhima yang paling terpukul adalah kelompok masyarakat miskin di dalam 40% kelompok pengeluaran paling bawah.

"Paling terpukul ini 40% kelompok pengeluaran paling bawah. Karena semakin rendah pengeluaran maka semakin rentan terhadap fluktuasi nilai tukar yang berimbas ke harga barang di pasar," ungkap Bhima.

2. Laptop Sampai Handphone

Deretan gadget baru Google yang akan rilis Foto: Google

Selain Bhima, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga mengatakan menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dapat mengerek angka inflasi di tengah masyarakat.

Faisal mengatakan salah satu barang yang naik harganya adalah barang elektronik seperti laptop dan handphone. Semua barang itu naik itu karena masih banyak diimpor. Dengan menguatnya kurs Dolar AS, biaya impor barang-barang akan semakin besar.

"Betul, itu termasuk (laptop dan handphone) karena dia barang impor," ungkap Faisal kepada detikcom.

3. Obat-obatan hingga Pakaian

Petugas menyiapkan obat COVID-19 di gudang instalasi farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021). Mulai hari ini, Pemerintah Pusat resmi membagikan sebanyak 300.000 paket obat gratis berupa multivitamin, Azithtromycin, dan Oseltamivir bagi pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di Pulau Jawa dan Bali. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp. Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Harga barang-barang impor lainnya macam obat-obatan, pakaian, hingga barang elektronik juga berpotensi naik harganya. Hal itu terjadi karena barang-barang tersebut banyak diimpor dan membutuhkan mata uang dolar untuk transaksinya.

"Dampaknya memang akan semakin mengkatrol harga barang-barang yang kita impor. Baik barang jadi seperti bahan pangan, obat-obatan, pakaian, kendaraan, elektronika, dan lainnya. Maupun bahan baku bagi industri dalam negeri," ungkap Faisal.

"Jadi pelemahan Rupiah ikut berkontribusi terhadap inflasi disamping kenaikan harga komoditas sendiri di pasar global," lanjutnya.

Halaman 2 dari 4
(hal/dna)
Hide Ads