Arkora Hydro telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD 1,65 juta atau Rp 24,72 miliar (asumsi kurs Rp 14.984 per dolar Amerika)/MW.
"Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh ARKO," ungkap Aldo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa. Pengerjaan proyek Tomasa menelan biaya investasi USD 1,75 juta atau Rp 26,66 juta/MW. Biaya investasi tersebut di bawah rata-rata industri sebesar USD 2,2 - 2,5 juta atau Rp 32,96-/37,46MW.
Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik ARKO melalui anak usahanya, yaitu PT Arkora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020 lalu.
Sementara proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi, anak perusahaan tidak langsung milik ARKO.
"Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada kuartal I 2023," ujar dia.
ARKO juga sedang melakukan persiapan tahap konstruksi Proyek Kukusan-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4 MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV 2024.
Arkora Hydro terus berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi terbarukan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga air dalam turut serta berpartisipasi membangun Indonesia.
(fdl/fdl)