Dolar AS Ngamuk Lagi, Waspada Utang Luar Negeri RI Bengkak!

Dolar AS Ngamuk Lagi, Waspada Utang Luar Negeri RI Bengkak!

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 13 Jul 2022 12:49 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) siang ini sudah menembus Rp 14.930. Dolar AS bergerak di level Rp 14.820-14.933 hari ini.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Dolar AS makin menggila. Banyak mata uang negara tertekan duit Paman Sam ini, termasuk rupiah yang sempat melemah ketika dolar AS mencapai Rp 15.000.

Jika dolar AS makin menguat, apa dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat?

Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, sebenarnya dampak yang akan terasa dari penguatan dolar AS ini adalah kenaikan harga barang seperti elektronik, suku cadang otomotif sampai obat-obatan yang memang bahan bakunya impor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebutkan dengan naiknya harga bahan baku ini maka biaya produksi akan naik signifikan akibat inflasi dan selisih kurs yang membuat perusahaan yang memiliki ketergantungan impor sebagai efisiensi.

"Risiko efisiensi ini akan ada potensi gelombang PHK pada industri manufaktur," kata dia saat dihubungi, Rabu (13/7/2022).

ADVERTISEMENT

Bhima menyebutkan dampak lain dari pelemahan nilai tukar ini adalah bisa mempengaruhi kemampuan membayar utang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta. Dia mengatakan semakin lebah nilai tukarnya maka ujungnya akan mempengaruhi stabilitas moneter karena pemerintah memiliki jumlah utang luar negeri (ULN) yang berat terutama beban bunga utang untuk valuta asing.

Karena itu, jika terjadi currency mismatch maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (PE) sampai pengaruh pada stabilitas politik. "Seperti yang terjadi di banyak negara seperti Sri Lanka, Laos dan Myanmar. Jadi masyarakat sekarang harus menahan diri untuk belanja. Fokus ke dana darurat rupiah diperkirakan bisa menuju level Rp 16.000 per dolar AS," imbuh dia.

Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan secara umum khususnya masyarakat awam pada dasarnya tidak perlu khawatir terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terutama bagi masyarakat yang penghasilan dan pengeluarannya dalam rupiah karena tidak memiliki dampak yang signifikan.

"Lebih lanjut, masyarakat yang mengonsumsi barang-barang produk lokal pun juga tidak akan terpengaruh," kata dia.

Adapun konsumen yang mengonsumsi barang-barang impor (yang sering dikategorikan sebagai barang-barang mewah) diperkirakan akan cukup berdampak bagi masyarakat yang cenderung kelas menengah ke atas.

"Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan bagi masyarakat pada umumnya terhadap pelemahan rupiah. Sementara dari sisi lapangan usaha yang memiliki komponen impor yang tinggi sementara penjualannya dalam denominasi rupiah diperkirakan akan berdampak dari pelemahan nilai tukar rupiah," ujarnya.

Beberapa sektor domestik yang memiliki komponen impor yang tinggi antara lain: industri tepung gandum, perhiasan, pesawat terbang dan jasa perbaikannya, barang-barang elektronik, dan beberapa industri lainnya.

Sekadar informasi saat ini posisi Utang Luar Negeri (ULN) per 31 Mei 2022 tercatat Rp 7.002 triliun atau setara dengan 38,8% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Utang ini didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 88,2% dari total utang.




(kil/ang)

Hide Ads