Pemegang Saham Minoritas Tolak Rights Issue Tunas Baru Lampung
Rabu, 28 Jun 2006 14:50 WIB
Jakarta - Pemegang saham minoritas PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) menolak rencana penawaran saham terbatas atau rights issue yang akan dilakukan perseroan senilai Rp 395,78 miliar.Rencananya manajemen TBLA akan meminta persetujuan pemegang saham untuk rights issue tersebut dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Kamis besok 29 Juni 2006.Pemegang saham minoritas itu dimotori oleh VR Capital Group, perusahaan investasi yang berbasis di Moskow. VR Capital Group membeli saham TBLA dari bursa dengan memakai nama Special Custody Account for The Exclusive BFT of CST of Cred sebesar 23,19 persen.Presdir VR Capital, Richard Deitz dalam penjelasan tertulis yang diterima detikcom, Rabu 928/6/2006) menilai, TBLA tidak terbuka terhadap rencana rights issue tersebut.Aki korporasi itu dianggap memberikan dampak negatif ke pemegang saham apalagi dengan potensi dilusi (hilang kepemilikan) hingga 70 persen..Harga saham perseroan juga terus menunjukkan penurunan sejak pengumuman rights issue pada 1 Juni 2006. Harga saham TBLA tertinggi terjadi pada 18 Mei 2005 di level Rp 320 per saham. Sedangkan pada 1 Juni harga sahamnya Rp 185 per saham dan saat ini rata-rata ada di level Rp 150 per saham.Penurunan ini dituding karena perseroan mengumumkan harga rights issue Rp 125 per saham. "Diskon yang besar dan tidak beralasan serta dilusi besar-besaran akan menghilangkan saham kepemilikan publik yang terisisa bila mereka tidak membeli," kata Deitz.Right issue TBLA menawarkan setiap pemegang tiga saham lama mendapat enam saham baru. Selain itu investor juga akan mendapat waran yang bisa ditukar menjadi satu saham baru seharga Rp 125.Dana hasil rights issue akan digunakan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit inti dan plasma seluas 20 ribu hektar di Banyuasin Sumatra Selatan.Saat ini pemegang saham mayoritas TBLA adalah Sungai Budi Group yang menguasai 50,09 persen saham perseroan.Deitz juga menjelaskan, TBLA tidak punya alasan mendesak penghimpunan dana untuk ekspansi tersebut sekarang. Program inevstasi pengembangan perkebunan hanya akan terjadi dalam lima tahun mendatang ."Walaupun keinginan investasi tersebut bisa dimengerti, tidak ada alasan untuk menghimpun dana lebih dari Rp 400 miliar sekaligus saat ini," kata Deitz.Sementara dalam penjelasan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) 21 Juni lalu, Deputi Presdir TBLA Sudramo Tasmin membantah semua tudingan dari VR Capital tersebut.Menurutnya, TBLA telah memberikan informasi yang cukup jelas dan transparan mengenai rights issue kepada pemegang saham. Apalagi rencana ini telah diberitahu kepada pemegang saham sejak tahun lalu pada RUPSLB 24 Juni 2005.
(ir/)