Ekonomi Tergelincir, Mata Uang Inggris Anjlok Terparah Dalam 37 Tahun

Ekonomi Tergelincir, Mata Uang Inggris Anjlok Terparah Dalam 37 Tahun

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 19 Sep 2022 08:18 WIB
British Sterling pound notes are pictured in London, on December 4, 2008.The British pound hit a record euro low on Thursday, while the single unit dipped against the dollar, ahead of expected interest rate cuts from the Bank of England and the European Central Bank. In London trade, the pound dropped to 1.1499 euros -- the lowest level since the creation of the European single currency in 1999. AFP PHOTO/Shaun Curry / AFP PHOTO / SHAUN CURRY
Ilustrasi Pound Sterling. Foto: AFP/SHAUN CURRY
Jakarta -

Mata uang Inggris pound sterling merosot ke level terendah dalam 37 tahun pada Jumat (16/9). Hal ini terjadi setelah data baru menunjukkan pembeli menarik kembali pengeluaran karena inflasi menekan anggaran rumah tangga dan khawatir ekonomi melemah.

Pound sterling jatuh di bawah US$ 1,14, terendah sejak 1985 setelah Kantor Statistik Nasional mencatat penjualan ritel pada Agustus turun 1,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi sejak Desember 2021 dan lebih buruk dari perkiraan para ekonom.

"Saya pikir Inggris sudah dalam resesi," kata Kepala Analis Pasar di CMC Markets UK, Michael Hewson dikutip dari CNN, Senin (19/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pound sterling telah terpukul oleh serangkaian data ekonomi yang lemah dan kenaikan tajam dolar Amerika Serikat (AS). Greenback mendekati level terkuat dalam sekitar dua dekade terhadap sekeranjang mata uang utama, didukung ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) minggu depan.

Di sisi lain, prospek ekonomi di Inggris termasuk mata uangnya menderita. Pound sterling telah kehilangan nilainya lebih dari 15% terhadap dolar AS tahun ini dan penurunan 12% terhadap euro.

ADVERTISEMENT

Perdana Menteri Liz Truss berencana mensubsidi tagihan energi rumah tangga dan bisnis, tetapi kemungkina tetap tidak cukup untuk memulihkan pertumbuhan. Bank of England memperkirakan terjadi resesi berkepanjangan sebelum diumumkan.

Inggris umumnya lebih banyak impor daripada ekspor. Itu berarti nilai pound sterling yang lemah mendorong naiknya biaya bahan bakar minyak (BBM), makanan, dan barang-barang lainnya sehingga semakin sulit bagi Bank of England mengendalikan harga.




(aid/das)

Hide Ads