Nilai mata uang Inggris pound sterling terhadap dolar AS terus mengalami penurunan. Padahal sebelumnya nilai Pound sempat menyentuh level tertinggi.
Menanggapi hal tersebut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan memang pound sterling ini sedang tertekan akibat bermasalahnya ekonomi Inggris.
Apalagi dengan adanya pergantian pemimpin setelah sebelumnya perdana menteri (PM) mengundurkan diri. Pengunduran diri ini disebut karena orang-orang tersebut tahu jika kondisi negara itu sangat memprihatinkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dolar AS dan pound ini seimbang akibat masalah ekonomi. Memang, hal ini membuat orang-orang yang memegang dolar AS lalu ke Inggris bisa terasa lebih murah," kata dia saat dihubungi, Senin (31/10/2022).
Ibrahim mengungkapkan, Pound sempat berada di level Rp 19.000an kemudian turun ke level Rp 16.000an dan sekarang ke level Rp 15.560an.
"Jadi sejajar dengan dolar AS, bahkan diramal bisa di bawah dolar AS. Tapi tahun depan kondisinya bisa berbalik dan Pound akan menguat," jelas dia.
Hal ini karena tahun depan tidak akan ada tekanan yang membutuhkan kebijakan agresif seperti tahun ini untuk menaikkan bunga acuan. "Apalagi AS disebut akan resesi tapi tidak resesi. Ini juga jadi sentimen buat Inggris," jelasnya.
Dari data Reuters 1 Pound Sterling sebesar US$ 1,16. Hari ini dibuka pada level US$ 1,16 dan diperkirakan bergerak di level yang sama.
Merosotnya nilai pound sterling ini terjadi sejak awal 2022. Saat itu pound masih berada di level US$ 1,38 kemudian terus-terusan turun dan mencapai level terendah ke US$ 1,07.
(kil/zlf)