3 Fakta Saham GoTo yang Balik Anjlok

3 Fakta Saham GoTo yang Balik Anjlok

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 15 Des 2022 08:05 WIB
GoTo
Foto: GoTo
Jakarta -

Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali mengalami penurunan ke angka di bawah Rp 100. Padahal sebelumnya sempat menembus angka Rp 100.

Berikut fakta-faktanya:

1. Saham GoTo Anjlok Lagi

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga saham emiten GOTO pagi kemarin pergerakannya sempat naik di posisi Rp 100, namun kemudian bergerak menurun ke angka Rp 97.

Dikutip dari RTI, Rabu (14/12/2022) pada pukul 9.26 WIB harga saham GOTO tercatat melemah 3 poin atau 3% menjadi Rp 97. Menurun dari pembukaan sempat di posisi Rp 104. Angka pagi ini juga menurun dari penutupan kemarin yang tercatat di level Rp 100.

ADVERTISEMENT

Pergerakan saham GOTO berada di kisaran Rp 94-Rp 104. Pada pukul 9.26 WIB itu sebanyak 3,8 miliar saham GOTO sudah ditransaksikan. Nilai transaksinya mencapai Rp 303,94 miliar.

Sore kemarin juga GOTO ditutup masih di zona merah. Harga sahamnya tercatat hanya Rp 94.

Padahal Selasa (13/12) harga saham GOTO melesat ke posisi Rp 103 dan terakhir pukul 9.40 naik ke posisi Rp 104.

2. Pembelaan GoTo

Saham GoTo memang sebelumnya sempat mengalami auto reject bawah (ARB) berturut-turut. Bahkan harga sahamnya juga sempat mengalami penurunan hingga di bawah Rp 100.

ARB terjadi setelah berakhirnya masa lock up atau penguncian saham yang jatuh pada 30 November 2022 kemarin. Saat pembukaan pada 1 Desember 2022, saham GOTO langsung terkoreksi sebanyak 6,38% menjadi Rp 132.

Penurunan hingga ARB ini berlangsung selama tujuh hari berturut-turut hingga tanggal 9 Desember 2022. Pada pembukaan tercatat pagi ini dibuka sudah turun 7 poin atau sebesar 7,0% ke level Rp 93 dari posisi sebelumnya Rp 100. Pada penutupan juga masih diposisi yang sama.

Manajemen GoTo mengatakan, tekanan harga saham setelah berakhir lock up disebabkan karena mekanisme pasar. Perusahaan mengklaim hal itu tidak bisa dijadikan untuk merefleksikan fundamental, kinerja, atau prospek bisnis GOTO.

Ada beberapa penyebab terjadinya ARB secara berturut-turut. Pertama karena investor awal yang membeli harga tinggi, menjualnya untuk realisasikan keuntungannya.

"Berakhirnya siklus pendanaan untuk investor finansial, dan faktor akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya," menurut keterangan GoTo.

Lihat juga video 'GoTo PHK Massal 1.300 Karyawan, Ini Alasannya':

[Gambas:Video 20detik]



3. Kinerja Perusahaan Kuartal III

GoTo sendiri mencatat pertumbuhan pendapatan pada kuartal III 2022 sebesar Rp 7,96 triliun hingga September 2022. Pendapatan itu naik dari periode yang sama 2021 sebesar Rp 3,4 triliun.

Dalam pertumbuhan 9 bulan pertama selama 2022, nilai transaksi bruto mencapai Rp 451,5 triliun naik 39% secara year on year dari periode yang sama 2021. Sementara pendapatan bruto Rp 16,6 triliun naik 42% yoy.

Pendapatan bruto kuartal III-2022 GOTO juga tumbuh 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni mencapai Rp 5,9 triliun. Naik dari kuartal II-2022 yang hanya Rp 5,5 triliun dan kuartal I-2022 Rp 5,2 triliun.

Rugi EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 3,7 triliun, turun 11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan 10% lebih kecil dibanding kuartal II-2022.

Secara total, sepanjang 9 bulan tahun ini, GTV GoTo menembus Rp 451,47 triliun dari periode yang sama tahun tahun lalu Rp 324,94 triliun (proforma), naik 38,94%, sedangkan pendapatan kotor juga naik 42,01% menjadi Rp 16,63 triliun dari sebelumnya Rp 11,71 triliun (proforma).

Pendapatan bersih selama 9 bulan juga melesat 134,41% menjadi Rp 7,97 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 3,40 triliun.

Dalam laporan keuangan perusahaan, tercatat beban-beban yang menggerus pertumbuhan pendapatan, mulai dari beban pokok penjualan dan pendapatan Rp 3,8 triliun. Beban penjualan dan pemasaran GOTO sebesar Rp 11,27 triliun.

Beban umum dan administrasi mencapai Rp 8,62 triliun dari sebelumnya Rp 5,15 triliun. Lalu, beban pengembangan produk Rp 3,33 triliun dari Rp 1,37 triliun. Serta, beban penyusutan dan amortisasi sebesar Rp 2,27 triliun.

Kemudian, masih mencatat kerugian yang cukup besar. Rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih Rp 20,3 triliun dari awal tahun hingga September 2022, naik dari Rp 11,5 triliun pada periode yang sama tahun 2021.

Halaman 2 dari 2
(ada/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads