Perdagangan saham Adani Group terus menerus mengalami pelemahan sampai perdagangan hari Senin kemarin. Gelombang kerugian saham perusahaan milik orang terkaya Asia Gautam Adani itu pun belum juga usai.
Dilansir dari CNBC, Selasa (7/2/2023), Adani Enterprise sahamnya anjlok 4%, begitu juga Adani Transmission yang sahamnya turun 10%.
Tiga perusahaan energi Adani sahamnya juga ikutan anjlok. Adani Green Energy, Adani Power, dan Adani Total Gas masing-masing melemah 5%. Perusahaan Adani Port and Special Economic Zone tak ketinggalan juga melemah 2%.
Sederet analis memperingatkan akan ada lebih banyak kesulitan di depan mata pasar saham India imbas dari keruntuhan grup Adani.
"Akan ada lebih banyak volatilitas di India tahun ini; karenanya pasar rentan terhadap koreksi," tulis analis Venugopal Garre dalam catatannya.
Goldman Sachs mengatakan perkembangan terbaru tidak mungkin menghasilkan efek limpahan untuk pasar saham India yang lebih luas.
Mereka menyoroti ketidakpastian yang ditimbulkan grup Adani dan mengatakan obligasi dolar AS yang beredar dapat merusak sentimen investor di India. Namun, kekhawatiran tersebut tidak memiliki dampak penularan yang lebih luas.
"Kami percaya masalah kredit cenderung bersifat istimewa dan kecil kemungkinannya memiliki penularan yang lebih luas atau masalah sistemik untuk pasar kredit luar negeri India," kata analis Goldman Sachs Kenneth Ho dan Chakki Ting dalam catatannya.
Akibat gaduh yang terjadi, Adani Group kemungkinan akan membatalkan rencana untuk mengumpulkan sekitar US$ 500 juta atau Rp 7,45 triliun (kurs Rp 14.900), dalam penjualan obligasi luar negeri. Sebagai gantinya mereka akan menjajaki opsi pembiayaan lain.
Sementara itu, Indeks Miliarder Bloomberg menunjukkan kekayaan bersih pendiri dan Ketua Gautam Adani turun lebih jauh pada hari Jumat. Kekayaan pribadinya telah berkurang lebih dari setengahnya sepanjang tahun ini, turun 51,1%, atau US$ 61,6 miliar atau sekitar Rp 914 triliun.
Sekadar informasi, kasus Adani Group terjadi di India. Kerajaan bisnis milik salah satu orang terkaya di Asia itu dalam sekejap terguncang karena munculnya laporan dari Hindenburg Research.
Laporan itu menduga Gautam Adani melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan kawasan suaka pajak dan manipulasi harga saham perusahaan Grup Adani. Laporan itu membuat rencana penghimpunan dana Adani Group melalui jual saham senilai US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 37 triliun gagal total.
Harga saham perusahaan-perusahaan Adani pun anjlok cukup parah. Bahkan nilai perusahaan Adani Group terkikis hingga lebih dari US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.480 triliun.
Anjloknya saham perusahaannya membuat Adani tergelincir ke urutan ke-15 dalam daftar orang kaya Forbes. Perkiraan kekayaan bersih Adani sekarang turun jadi US$ 75,1 miliar. Angka itu di bawah perkiraan harta saingannya Mukesh Ambani, ketua Reliance Industries yang menempati peringkat kesembilan dengan kekayaan bersih US$ 83,7 miliar.
Tonton juga Video: Shah Rukh Khan Masuk Daftar Aktor Paling Kaya di Dunia