Mata uang Rusia, Rubel melemah atas dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan hari ini walaupun permintaan meningkat untuk mata uang menjelang pajak akhir bulan. Hal itu terjadi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap untuk memperbarui elit politik dan militer Rusia pada konflik Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Selasa (21/2/2023), pada 07.32 GMT rubel melemah 0,7% terhadap dolar AS di level 75,05, mendekati level terendah hampir 10 bulan di 75,30 pada Jumat (17/2) lalu. Rubel juga turun 0,5% terhadap euro menjadi 80,04 dan turun 0,2% terhadap yuan menjadi 10,89.
Hari ini Putin akan berpidato di depan anggota kedua majelis parlemen, hampir satu tahun sejak pengiriman puluhan ribu tentara ke Ukraina.
"Pelemahan pada paruh pertama Februari sebagian besar terkait dengan pesimisme psikologis atas ekspektasi sanksi baru," kata Analis Utama di Otkritie Research Andrei Kochetkov.
Meski demikian, Kochetkov menambahkan, harga minyak tetap tinggi dan rubel harus didukung oleh eksportir pada sepertiga akhir Februari. Sebagai informasi, minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,8% menjadi US$ 83,4 per barel, sementara indeks saham Rusia bervariasi.
Diperkirakan, anggota Uni Eropa akan menyetujui paket sanksi ke-10 terhadap Rusia pada minggu ini.
"Perputaran sangat kecil, meskipun pasar menguat. Hal ini menunjukkan bahwa investor menahan tindakan mereka sampai pidato hari ini oleh V. Putin, sesi parlemen besok dan pengumuman sanksi baru," kata Sinara Investment Bank.
Indeks RTS berdenominasi dolar (.IRTS) turun 0,1% pada 920,4 poin. Sementara Indeks MOEX Rusia berbasis rubel (.IMOEX) naik 0,4% pada 2.192,9 poin.
Data yang dirilis pada hari Senin (20/2) menunjukkan bahwa ekonomi Rusia mengalami kontraksi 2,1% pada tahun 2022. Hal itu merupakan penurunan yang jauh lebih rendah dari yang ditakutkan sebelumnya.
Bank-bank juga terbukti tangguh, dengan pemberi pinjaman sekarang yang berdesakan untuk bisnis dari Rusia dan pemain korporasi besar di negara tersebut.
(dna/dna)