Perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah menerbitkan surat utang atau obligasi mencapai US$ 144 miliar atau setara Rp 2.194 triliun (kurs Rp 15.239). Angka itu diterbitkan sepanjang Februari 2023 ini, dan disebut menjadi rekor tertinggi.
Dikutip dari Reuters, Rabu (1/3/2023) salah satu penyebab penerbitan obligasi yang cukup banyak ini karena untuk memenuhi permintaan yang kuat dari investor. Pasca The Federal Reserve mempertahankan suku bunga tinggi, investor ingin memanfaatkan lonjakan imbal hasil dari kenaikan itu.
Menjelang penutupan bulan Februari saja, surat utang yang diterbitkan perusahaan Negeri Paman Sam mencapai US$ 20 miliar. Direktur strategi pendapatan tetap BMO Capital Markets Dan Krieter mengatakan, Februari menjadi bulan tersibuk perusahaan mengurusi penerbitan obligasi.
Hasil rata-rata obligasi kelas investasi AS naik menjadi 5,55% dari hanya 4,94% pada 1 Februari. Obligasi bulan Februari juga disebut melebihi rata-rata, naik 3,64 kali lipat, menurut data dari Informa Global Markets.
Analis memperkirakan obligasi yang akan terbit di bulan Maret mencapai US$ 160-165 miliar. Kemudian, kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve diprediksi akan menginjak sekitar 5,4% pada bulan Juli. Kemudian hanya sedikit penurunan pada bulan Desember.
Lihat juga Video 'Kanada dan AS Larang TikTok Ada di Perangkat Pemerintah':