Prospek Saham Emiten Nikel di Tengah Tren Kendaraan Listrik

Prospek Saham Emiten Nikel di Tengah Tren Kendaraan Listrik

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 16 Apr 2023 13:01 WIB
Pekerja berjalan dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/4/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari Jumat (8/4) sore ditutup naik 83,46 poin atau 1,17 persen menembus level  7.210. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Jakarta -

Perusahaan nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut melepas sebanyak 7,99 miliar saham atau setara dengan 12,67% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah initial public offering (IPO).

Harga saham yang ditawarkan Rp 1.250 per saham. Sehingga, dana yang diraih dari aksi korporasi ini mencapai 9,99 triliun. Harga penawaran tersebut berada di rentang atas dari harga pada saat masa penawaran awal atau bookbuilding 15-24 Maret lalu di level Rp 1.220 - Rp1.250 per saham.

Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario menilai, secara valuasi harga penawaran NCKL tergolong murah.

"Secara valuasi multiples PE kami nilai harga penawaran NCKL tersebut tergolong discounted, sekitar 16,7x untuk FY22 dengan asumsi annualized net profit untuk FY22 mencapai Rp 5,16 triliun," kata Alif dalam keterangannya, Minggu (16/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, dia menerangkan, pengembangan kendaraan listrik akan berjalan dalam jangka panjang. Menurutnya, hal itu akan memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.

"Kami memandang NCKL berpotensi merajai rantai pasok nikel Indonesia, karena memiliki keunggulan esensial yaitu mampu mempenetrasi rantai pasok nikel dari produk class II nikel seperti feronikel, hingga produk hilir prekursor baterai berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat," ujarnya.

Lanjut Alif, produk nikel sulfat ini merupakan produk yang tinggal beberapa langkah lagi menjadi baterai kendaraan listrik. Produk tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi nickel hydroxide yang merupakan katoda dalam baterai tipe NiMH atau dapat diolah melalui proses purifikasi lanjutan untuk kemudian memperoleh katoda untuk baterai NMC maupun NCA.

ADVERTISEMENT

"Oleh karena itu kami memandang potensi value derivation dari investasi proyek yang dilakukan NCKL sebagai menarik, meskipun untuk cash-in akan membutuhkan waktu beberapa tahun," katanya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Meski demikian, perkembangan ke depan perlu pemantauan lebih lanjut karena pada dasarnya akan tergantung pada harga dari komoditas nikel.

"Tapi kami melihat absorpsi nikel Indonesia dalam jangka waktu dekat-menengah akan lebih ditujukan ke pasar global. Oleh karena itu prospek emiten produsen nikel class II dan class I dapat ditinjau dari laju pengembangan industri EV dari konsumen-konsumen global, terutama China yang merupakan penggerak dan konsumen industri EV terbesar, dengan laju konsumsi nikel dalam industri EV setidaknya sebesar 10,3% CAGR hingga 2025," ujar Alif.

Sementara itu, analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Juan Harahap dan Abraham Gosal, dalam riset terbarunya mengatakan bahwa NCKL menargetkan bisa meningkatkan kapasitas produksi FeNi (feronikel) menjadi 219 kilo ton per annum (ktpa), proyek smelter Rotary-Kiln-Electric Furnace (RKEF 9 ktpa dan 185 ktpa pada Q2-23 dan Q2-25.

Sementara itu, pembangunan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) dibagi menjadi tiga tahap di mana tahap pertama selesai, tahap kedua mulai produksi Q1-2023 dan tahap ketiga mulai meningkatkan kapasitas pada Q1-24.

"Dengan asumsi semua proyek berjalan, NCKL akan menjadi salah satu produsen nikel rafinasi terbesar di Indonesia," tulis keduanya dalam riset tersebut.

Halaman 2 dari 2
(acd/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads