Erdogan Terpilih Jadi Presiden Lagi, Lira Turki Terjun Bebas

Erdogan Terpilih Jadi Presiden Lagi, Lira Turki Terjun Bebas

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Senin, 29 Mei 2023 11:58 WIB
Turkish President Tayyip Erdogan speaks with Sinan Ogan, a hardline nationalist who came third in the first round of the presidential election, and Democratic Left Party (DSP) chair Onder Aksakal following his victory in the second round of the presidential election at the Presidential Palace in Ankara, Turkey May 29, 2023. REUTERS/Umit Bektas
Erdogan Menangi Pilpres Turki Putaran Kedua/Foto: REUTERS/UMIT BEKTAS
Jakarta -

Mata uang Turki, Lira merosot ke rekor terendahnya terhadap dolar AS usai Presiden Recep Tayyip Erdogan memenangkan kembali pemilihan presiden pada Minggu (28/5) kemarin. Saat ini, US$ 1 setara 20,00 Lira Turki, tidak jauh dari rekor terendahnya pada Jumat lalu untuk US$ 1 setara 20,06 Lira Turki.

Lira sudah melemah lebih dari 6% sejak awal tahun dan kehilangan lebih dari 90% nilainya selama satu dekade terakhir. Hal itu karena kondisi ekonomi yang berada dalam cengkraman siklus boom and bust yang merajalela serta serangan inflasi dan krisis mata uang.

Sejak krisis 2021, pihak berwenang telah mengambil peran yang semakin aktif di pasar valuta asing dengan pergerakan harian menjadi sangat kecil dan sebagian besar mencatat pelemahan. Sementara itu, cadangan foreign exchange atau valuta asing dan emas menyusut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengaturan saat ini tidak berkelanjutan," kata Emerging Maret Sovereign Strategist dari Bluebay Asset Management, Tim Ash dikutip dari Reuters, Senin (29/5/2023).

"Dengan cadangan devisa yang terbatas dan suku bunga riil yang sangat negatif, tekanan pada lira sangat berat," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Erdogan menang meskipun terjadi kekacauan ekonomi selama bertahun-tahun. Para kritikus menyalahkan Erdogan atas kebijakan ekonomi yang tidak ortodoks.

Penampilannya yang mengejutkan di putaran pertama pemilihan dua minggu lalu telah memicu aksi jual obligasi internasional Turki. Selain itu, terdapat lonjakan biaya untuk memastikan paparan utangnya di tengah memudarnya harapan akan perubahan kebijakan ekonomi.

Dalam pidato kemenangannya, Erdogan mengakui bahwa inflasi adalah masalah yang paling mendesak. Meski demikian, ia mengatakan hal tersebut juga akan turun nantinya, menyusul kebijakan suku bunga bank sentral yang dipotong menjadi 8,5% dari 19% dua tahun lalu.

Para analis berhati-hati mengenai seberapa besar perubahan ekonomi yang akan digembar-gemborkan oleh pemerintahan baru Erdogan. "Erdogan tidak mungkin menerima pendekatan ekonomi ortodoks langsung," Kata Co-President di firma penasehat Teneo, Wolfango Piccoli.

"Namun, beberapa penyesuaian terhadap pendekatan heterodoks saat ini dapat diadopsi dengan tujuan mendapatkan waktu menjelang pemilihan lokal Maret 2024,"

Diperkirakan, perdagangan tipis pada hari ini. Sebab, banyak pasar di Eropa, serta AS tutup untuk liburan.

Simak Video: Selamat untuk Erdogan dari Biden Hingga Donald Trump

[Gambas:Video 20detik]



(ara/ara)

Hide Ads