PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID) berhasil menurunkan utang bank tahun lalu. Perolehan laba dan pendapatan perusahaan sepanjang 2022 tembus melampaui target yang ditetapkan sebelumnya.
SWID semula menargetkan pendapatan Rp 120 miliar, namun terealisasi Rp135,5 miliar atau meningkat 6,44% secara tahunan. Sedangkan laba bersihnya mencapai Rp 22,87 miliar atau tumbuh 10,46% secara tahunan. Capaian ini melampaui target awalnya sebesar Rp 9,3 miliar.
Adapun utang bank Saraswanti Indoland turun 29,4% dari Rp 82,6 miliar pada 2021 menjadi Rp 58,5 miliar. Tahun ini, utang bank diperkirakan akan semakin berkurang seiring dengan kinerja yang bergerak positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hingga akhir 2023, perseroan memerkirakan total utang bank akan terus turun menjadi sebesar Rp 37,7 miliar atau turun 35,6% dari posisi per 31 Desember 2022," kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Sekretaris Perusahaan SWID, Agung Cucun Setiawan dalam keterangannya, Senin (5/6).
Pada 2022, perseroan memiliki likuiditas keuangan yang sangat baik. Bahkan, meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh rasio lancar sebesar 3,42 di tahun 2022 dan 2,01 di tahun 2021.
Rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,50x dibandingkan 1,17x pada 2021. Sedangkan debt to asset ratio tahun 2022 adalah sebesar 0,33x dibandingkan tahun lalu yang sebesar 0,54x.
Oleh karena itu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), pada 31 Mei 2023 menyetujui pembagian dividen tunai tahun buku 2022 senilai total Rp 5,86 miliar. Sisa laba bersih tahun berjalan akan dicatat sebagai laba yang ditahan atau retained earnings oleh perseroan.
Tidak hanya penetapan penggunaan laba bersih, pemegang saham juga menyetujui atas laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan perseroan dan persetujuan laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022.
Menurut Cucun, kinerja yang sangat baik itu tidak lepas dari kemampuan perseroan dalam mengatasi semakin sengitnya persaingan dalam hal lokasi, fasilitas, harga serta kualitas sehingga membuat perseroan harus selalu meningkatkan diferensiasi produk dengan mengadopsi perubahan gaya hidup dan perkembangan teknologi.