Gara-gara China, Apple Rugi Rp 3.060 T Dalam 2 Hari

Gara-gara China, Apple Rugi Rp 3.060 T Dalam 2 Hari

Samuel Gading - detikFinance
Jumat, 08 Sep 2023 10:49 WIB
Ilustrasi Saham
Ilustrasi saham - Foto: Dok. Freepik
Jakarta -

Saham Apple Inc merosot pada Kamis (7/9) hal ini karena pemerintah China melarang pegawai negeri sipil (PNS) dan pejabat publik menggunakan iPhone.

Dilansir dari CNBC, valuasi saham Apple (AAPL) turun sekitar 3% pada Kamis, setelah merosot 4% satu hari sebelumnya pada Rabu (6/9/2023).

"Kebijakan ini dispekulasi juga diterapkan ke instansi lain seperti BUMN dan berbagai perusahaan yang dikelola oleh pemerintah China," dikutip dari CNBC, Jumat (8/9/2023).

Dikutip dari CNN disebutkan dengan turunnya harga saham Apple di Dow Jones Industrial Average turun 2,9%. Ini membuat perusahaan rugi US$ 200 miliar atau setara dengan Rp 3.060 triliun (asumsi kurs Rp 15.300) dalam kurun waktu dua hari. Sahamnya juga masuk dalam kategori kinerja terburuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang, larangan ini belum diumumkan secara langsung oleh pemerintah China. Sehingga menyebabkan adanya berbagai spekulasi jika produk-produk Apple ini terjebak dalam konflik China dan Amerika Serikat (AS).



Dari aspek bisnis, hal ini tentu berdampak serius bagi Apple. Sebab kawasan Asia Pasifik, yang meliputi China, Hong Kong, dan Taiwan, adalah pasar ketiga terbesar bagi perusahaan besutan Steve Jobs tersebut. Menyumbang lebih dari 18% dari total pendapatan Apple yang tercatat mencapai US$ 394 juta atau sekitar Rp 6,042 triliun (dengan asumsi kurs Rp 15.335.

Analis Toni Sacconaghi memprediksi bahwa pelarangan penggunaan iPhone disebut bisa mengurangi jumlah penjualan unit gawai pintar tersebut sebanyak 5%. Sacconaghi juga menilai Apple akan terancam jika kebijakan pemerintah China itu, ditangkap oleh warga sebagai sinyal untuk berpindah ke berbagai produk elektronik milik pemerintah RRC.

"Pelarangan penggunaan iPhone bagi pegawai pemerintah tidak hanya dapat menimbulkan dampak penjualan negatif. Namun menjadi langkah lebih besar pemerintah China untuk mendorong pemakaian teknologi domestik," tulis Sacconaghi.

Apalagi, kawasan tersebut juga merupakan tempat perakitan mayoritas produk-produk Apple. Dan Siles, Manajer Portofolio Satori Fund pada Kamis (7/9/2023), bahkan mengaku sudah menjual sahamnya di Apple.

Siles menilai munculnya kebijakan tersebut kian memperkuat pelarang iPhone di negeri tirai bambu, serta meningkatnya produk-produk Huawei, yang notabene merupakan perusahaan China. Kendati demikian, hingga artikel ini terbit, Apple tidak merespons pertanyaan yang dilontarkan CNBC.

(kil/kil)

Hide Ads