Dolar AS Sempat Dekati Rp 16.000, Jokowi: Masih Aman

Dolar AS Sempat Dekati Rp 16.000, Jokowi: Masih Aman

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 24 Okt 2023 11:03 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Foto: Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini masih aman. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di level 5% juga disyukuri di tengah pelemahan ekonomi global.

"Kalau melihat pelemahan ekonomi global, kita juga masih bersyukur growth kita masih di atas 5%. Kemudian kalau kita lihat persentase depresiasi mata uang kita juga masih aman. Aman untuk sektor riil, aman untuk sektor keuangan dan aman untuk inflasi," kata Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023).

Seperti diketahui, belakangan ini nilai tukar rupiah sedang digencet dolar AS yang menguat ke level hampir Rp 16.000, tepatnya Rp 15.930 pada penutupan perdagangan Senin (23/10) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pagi ini, nilai tukar dolar AS mulai menjauh dari level Rp 16.000. Dikutip dari Reuters, Selasa (24/10), dolar AS berada di level Rp 15.847 pada pukul 9.15 WIB.

Sebelumnya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melakukan rapat terbatas di Istana Kepresidenan. Dikatakan bahwa indeks mata uang dolar AS menguat sampai 106 poin, jauh di atas prediksi Bank Indonesia (BI) di 93 poin.

ADVERTISEMENT

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penguatan dolar AS dikarenakan kebijakan kenaikan suku bunga tinggi yang terjadi dalam waktu lama di AS. Hal itu membuat banyak arus modal kembali masuk ke AS.

"Kita semua tahu fenomena global saat ini dengan AS hadapi inflasi yang cukup tertahan tinggi dan kondisi ekonomi yang cukup kuat, mereka kemudian mengeluarkan signal atau paling tidak dibaca market, bahwa higher for longer itu akan terjadi dan ini yang sebabkan banyaknya capital flowing back to Amerika Serikat," ungkap Sri Mulyani usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (22/10).

Sri Mulyani mengatakan KSSK akan terus melakukan sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal. Pihaknya juga akan memantau ketat dampak nilai tukar terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Agar dalam situasi di mana pemacunya adalah negara seperti AS, dampaknya ke ekonomi kita bisa dimitigasi dan diminimalkan. Baik terhadap nilai tukar, inflasi, maupun terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan. Itu yang terus kita lakukan intensif," pungkas Sri Mulyani.

(aid/ara)

Rekomendasi untuk Anda
Selengkapnya
Hide Ads