Dolar AS kembali menguat dan mendorong rupiah mendekati level Rp 16.000 pada pagi hari ini. Berdasarkan data RTI, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dibuka pada level Rp 15.856, menguat 11% dari penutupan hari sebelumnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan, semua masih dalam kendali. Dalam hal ini, menurutnya pergerakan dolar AS terbilang tidak terlalu kuat.
"Sentimen global untuk hari ini sebetulnya tidak terlalu kuat, ada beberapa mata uang Asia yang mengalami penguatan terhadap US$," katanya, saat dihubungi detikcom, Rabu (25/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edi mengatakan, pihaknya menengarai kondisi ini didorong oleh adanya peningkatan permintaan valas atau mata uang asing dari sejumlah korporasi, termasuk di antaranya BUMN.
"Semua masih dalam kondisi yang terkendali," ujar Edi.
Sementara itu, Ekonom PT BCA (Persero) David Sumual menilai, pergerakan ini relatif flat, dalam artian rupiah hanya melemah tipis. Diduga hal ini disebabkan lantaran dolar Amerika Serikat (AS) bangkit setelah data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS lebih baik dari ekspektasi.
"Ada PMI AS yang lebih tinggi dari ekspektasi, di atas 50 sehingga secara terbatas pasar kembali bullish (mengalami tren naik) terhadap US$," kata David, dihubungi terpisah.
David menilai, saat ini pasar dalam tahap masih menunggu tanggapan dari Federal Open Market Committee (FOMC) alias dewan kebijakan Federal Reserve AS terhadap arah suku bunga. Walau demikian, menurutnya potensi penguatan dolar dalam beberapa waktu ke depan masih cukup tinggi.
"Tekanan kemungkinan terhadap semua mata uang negara emerging market (negara berkembang), termasuk Rupiah masih cukup tinggi karena kebijakan moneter The Fed masih relatif ketat dan masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga lagi ke depan," jelasnya.
(shc/kil)