Bos OJK Lapor Investor Pasar Modal RI Melesat, Targetkan Himpun Dana Rp 200 T

Bos OJK Lapor Investor Pasar Modal RI Melesat, Targetkan Himpun Dana Rp 200 T

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 20 Feb 2024 14:39 WIB
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (13/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini pukul 12.00 menurun-0,67% ke posisi 5,873,30. Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen atas ketakutan pasar akan penyebaran wabah virus corona.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan melaporkan angka investor pasar modal tumbuh hingga 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir. Hal ini seiring dengan jumlah emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai rekor tertingginya pada tahun lalu.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, penghimpunan dana pasar modal pada tahun lalu berhasil melampaui target Rp 200 triliun yakni mencapai Rp 255,39 triliun. Diharapkan pada tahun 2024 ini, target melebihi Rp 200 triliun juga akan berhasil tercapai, didukung optimisme dari jalannya industri jasa keuangan 2024.

"Jumlah emiten baru mencetak rekor tertinggi dibandingkan negara-negara kawasan (tahun 2023). Minat investasi di pasar modal terus tumbuh dengan jumlah investor tumbuh 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir," kata Mahendra, dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di The St. Regist Jakarta, Selasa (20/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahendra mengatakan, pencapaian tersebut berkat dukungan industri dan sinergi yang makin baik antara otoritas sektor keuangan yaitu OJK, Kemenkeu, Bank Indonesia dan LPS yang tergabung dalam KSSK.

Sejalan kinerja positif Indonesia di 2023, Mahendra menilai sektor jasa keuangan tumbuh positif ditopang sektor permodalan yang kuat, likuiditas memadai, dan profil risiko yang terjaga. Dari aspek intermediasi, kredit dan piutang pembiayaan tumbuh double digit, dengan risiko kredit yang relatif terkendali.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, di tengah normalisasi kebijakan moneter yang terus berlanjut dan tekanan terhadap arus investasi, likuiditas sektor jasa keuangan terjaga berada di atas ambang ketentuan, walaupun pengaruhnya telah terlihat dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang termoderasi.

Mahendra menambahkan, solvabilitas industri jasa keuangan terpantau solid, baik di industri perbankan, perusahaan pembiayaan maupun asuransi dan dana pensiun. Bahkan sektor perbankan mencatatkan 27,65% di atas negara-negara kawasan.

"Kredit restrukturisasi Covid-19 terus turun, menggambarkan industri telah bangkit. Kami yakin transisi menuju normalisasi akan berjalan baik didukung pencukupan pencadangan yang telah dibentuk selama ini," ujarnya.

(shc/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads